KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP
IBU TENTANG CARA MENYUSUI YANG BENAR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Pendidikan Tinggi Diploma III Kebidanan
Oleh :
Anik Sri Mulyani
NIM : 0302.05
AKADEMI KEBIDANAN WIDYAGAMA HUSADA MALANG
MALANG
2006
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah judul
“Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang cara Menyusui Yang
Benar” sebagai salah satu persyaratan dalam rangka menyelesaikan kuliah
Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
Yuliyanik, S. KM, selaku Direktur Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang.
Novita Mayasari S. SiT, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
petunjuk, koreksi dan saran sehingga terwujudnya Karya Tulis ini.
Marjati Hamid, S. SiT, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
petunjuk, koreksi dan saran sehingga terwujudnya Karya Tulis ini.
Bidan Anik Basuki, yang telah memberikan ijin untuk lokasi penelitian.
Kedua orang tua serta keluargaku, yang dengan tulus ikhlas memberikan
dorongan, baik berupa materil maupun spirituil, sehingga penulis dapat
melaksanakan pendidikan di Akademi Kebidanan Widyagama Husada-Malang dan
terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.
Rekan-rekan mahasiswa Akademi Kebidanan Widyagama Husada-Malang dan
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak
membantu sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna baik untuk diri
kami sendiri maupun pihak lain.
Malang, Oktober 2006
Penulis.
ABSTRAC
Anik Sri Mulyani. 2006. The Relation Between The Knowledge and Mother’s
Attitude of The Correct Way of Breasting ini Bidan Praktek Swasta Ny.
Anik Basuki Ampeldento Villages Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.
Scientific Research. Midwifery Academic of Widyagama Husada-Malang.
Advisor (1) Novita Mayasari, S.SiT, (2) Marjati Hamid, S.SiT.
The right way of breasting practice was need to be learnt by every
mother, because that is not reflective or instinctive thing, but it is a
process. One of the factor was the breast function right now as sexual
symbol, female breast was forbidden area and it was ought to be hidden
and it was not be exposed. Beside of this factor, the problem that
appeared such as: the papilla of breast that’s folded inside, blistered
papilla, etc. the lactation professional have found many woman got
trouble in breasting technique.
The design of this research used cross sectional survey. The sample was
taken from the whole of population, that was all mother who give breast
feeding, who and come to Anik Basuki midwife as 45 respondents.
The conclution of this research was the mother knowledge about the way
of breasting got correct. Mother’s attitude in the way of breasting were
positive. From the chi-square exam there was correlation between
knowledge and attitude about the way of correctly breasting and the
point of that result 0,000 < 0,05. Therefore, it’ able to b e
concluded that Ho refused, it can be presented there was relation
between knowledge level with the attitude of mother about the correctly
breasting way.
Key Word : Knowledge, Attitude, Mother’s breasting, way of breasting.
ABSTRAK
Anik Sri Mulyani. 2006. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu
Tentang Cara Menyusui Yang Benar di Bidan Praktek Swasta Ny. Anik Basuki
Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang, Karya Tulis Ilmiah.
Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang. Pembimbing : (1) Novita
Mayasari, S.SiT, (2) Marjati Hamid, S.Sit.
Praktek cara menyusui yang baik dan benar perlu dipelajari oleh setiap
ibu karena menyusui itu sendiri bukan suatu hal yang reflektif atau
instingtif, tetapi merupakan suatu proses. Alasan ketidaksuksesan
memberi ASI telah dipelajari, salah satu faktor dikarenakan fungsi
payudara di masa sekarang ini sebagai simbolis seksual, bahwa payudara
adalah zona terlarang dan harus disembunyikan dan tidak boleh diekspos.
Selain faktor diatas, masalah yang muncul seperti: putting susu datar
atau terbenam, putting susu lecet, dan lain-lain. Ahli laktasi menemukan
banyak wanita mengalami masalah dalam teknik menyusui.
Desain atau rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah cross sectional survey. Sampel diambil dari total populasi, yaitu
semua ibu menyusui yang datang di Bidan Anik Basuki sebanyak 45
responden.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang cara
menyusui yang benar cukup baik, untuk setiap ibu tentang cara menyusui
yang benar sebagian besar positif. Dari hasil uji Chi-Square ada
hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang cara menyusui yang benar
dan nilai uji tersebut 0,000 nilai ini < = 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak yang dapat diartikan bahwa ada hubungan
antara tingkat pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang
benar.
Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Ibu Menyusui, Cara Menyusui
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
KATA PENGANTAR iv
ABSTRACT vi
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Konsep ASI 5
2.2 Konsep Pengetahuan 15
2.3 Konsep Sikap.......................................................................... 21
2.4 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap 28
BAB 3 METODE PENELITIAN 30
3.1 Kerangka Konsep 30
3.2 Desain Penelitian 30
3.3 Hipotesis Penelitian 31
3.4 Populasi, Sampel, dan Sampling 31
3.5 Kriteria Sampel 32
3.6 Variabel Penelitian 32
3.7 Definisi Operasional Variabel 33
3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian 34
3.9 Teknik Pengumpulan Data 34
3.10 Alat Ukur yang digunakan 35
3.11 Teknik Pengolahan atau Analisa Data 35
3.12 Etika Penelitian 38
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 39
4.1 Hasil Penelitian 39
4.2 Pembahasan 46
4.3 Keterbatasan Penelitian 49
BAB 5 PENUTUP 50
5.1 Kesimpulan 50
5.2 Saran 51
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
3.7 Definisi Operasional 33
4.1 Distribusi Frekwensi Umur Responden 40
4.2 Ditribusi Frekwensi Pendidikan Responden 40
4.3 Distribusi Frekwensi Pekerjaan Responden 41
4.4 Distribusi Frekwesi Pengetahuan Ibu Tentang Cara
Menyusui yang Benar 42
4.5 Distribusi Frekwensi Sikap Ibu Tentang Cara
Menyusui yang Benar 43
4.6 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Siakap Ibu
Tentang Cara Menyusui yang Benar 44
4.7 Hasil Perhitungan Chi-Square Test 44
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
3.1 Kerangka Konseptual 30
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Lampiran Halaman
Permohonan Ijin Penelitian
2. Surat Ijin Penelitian dan Surat Keterangan Penelitian
3. Surat Permohonan menjadi Responden
4. Pengantar Informed Consent
5. Kisi-kisi Kuisioner
6. Kuisioner Penelitian
7. Kunci Jawaban Kuisioner
8. Tabel Uji Validitas
9. Tabel Uji Reliabilitas
10. Tabulasi Data
11. Frequency Tabel
12. Crosstabs
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program peningkatan penggunaan ASI (PP-ASI ) khususnya ASI eksklusif
selama 6 bulan merupakan program prioritas, karena dampak penggunaan
ASI eksklusif terhadap status gizi dan kesehatan bayi dan balita. Saat
ini praktek menyusui di Indonesia cukup memprihatinkan, menurut SDKI
tahun 1997 dan 2002, lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya, namun
yang menyusui dalam 1 jam pertama cenderung menurun dari 8% pada tahun
1997 menjadi 3,7% pada tahun 2002. Cakupan ASI eksklusif 4 bulan sedikit
meningkat dari 52% tahun 1997 menjadi 55,1% pada tahun 2002. Cakupan
ASI eksklusif 6 bulan menurun dari 42,4% tahun 1997 menjadi 39,5% pada
tahun 2002. Sementara itu penggunaan susu formula justru meningkat lebih
dari 3 kali lipat selama 5 tahun dari 10,8% tahun 1997 menjadi 32,5 %
pada tahun 2002 (departemen kesehatan, 2005).
Sekitar 40 tahun silam, jumlah wanita yang memilih menyusui sendiri
bayinya mulai berkurang. Jumlah terendah terjadi di tahun-tahun awal
70an ketika kurang dari 40 % yang memilih ASI, dan pada minggu ke enam
setelah melahirkan kurang dari 20 % memberikan ASI kepada bayinya.
Alasan ketidak suksesan memberi ASI telah dipelajari, salah satu faktor
dikarenakan fungsi payudara di masa sekarang ini sebagai simbolis
seksual, bahwa payudara adalah zona terlarang dan harus disembunyikan
dan tidak boleh diekspos. Selain faktor di atas masalah yang munncul
seperti; puting susu yang terlipat ke dalam, puting susu lecet, dan
lain-lain. Ironisnya ahli laktasi menemukan banyak wanita mengalami
masalah dalam teknik menyusui (Lee, 2006 : 12).
Bagi bayi ASI merupakan makanan yang paling sempurna dimana dalam
kolostrum dan air susu ibu terkandung : imunoglobulin, laktoferin,
lisosom, faktor bifidus dan faktor antitripsin. ASI juga berguna untuk
mengurangi insidens gastroenteritis pada bayi. ASI juga berfungsi untuk
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. ASI mengandung zat untuk
perkembangan kecerdasan, kekebalan dan dapat menjalin hubungan cinta
kasih antara bayi dan ibu sekaligus meningkatkan status gizi masyarakat
menuju tercapainya kualitas sumber daya manusia (Veralis, 2003 : 17).
Praktek cara menyusui yang baik dan benar perlu dipelajari oleh
setiap ibu karena menyusui itu sendiri bukan suatu hal yang reflektif
atau instingtif, tetapi merupakan suatu proses. Proses belajar yang baik
bukan hanya untuk ibu yang pertama kali melahirkan karena biasanya ibu
melahirkan anak I tidak memiliki ketrampilan menyusui yang benar.
Dengan demikian ibu perlu belajar berinteraksi dengan “manusia baru” ini
agar dapat sukses dalam memberikan yang terbaik bagi bayinya (Mellyana,
2003 : 28).
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat adalah perilaku masyarakat itu sendiri terhadap kesehatan
yang meliputi aspek pengetahuan, sikap maupun tindakan sehari-hari.
Perilaku tersebut merupakan suatu pernyataan bahwa rendahnya cakupan
program kesehatan, karena masih rendahnya kesadrana masyarakat terhadap
norma hidup sehat. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003 : 128).
Berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara tentang ASI yang
meliputi pengertian ASI, waktu pemberian, jenis ASI, manfaat,
keuntungan, cara pemberian ASI, yang dilakukan tanggal 1-30 April 2006
tehadap 10 ibu menyusui 0-6 bulan yang datang di Bidan Praktek Swasta
Anik Basuki diperoleh 60 % (6 orang) ibu yang tidak mengetahui cara
menyusui yang, sedangkan 40% (4 orang) ibu yang mengetahui cara
menyusui yang benar.
Dari data tersebut peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Antara
Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan yaitu “Adakah Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu
Tentang Cara Menyususi yang benar?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara
menyusui yang benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar.
2. Mengidentifikasi sikap ibu tentang cara menyusui bayinya.
3. Menganalisa hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan dalam rangka memberikan KIE pada pasien tentang cara menyusui yang benar.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan referensi untuk mata kuliah Askeb III khususnya tentang cara menyusui.
1.4.3 Bagi Peneliti
Mengerti dan menambah wawasan serta pengalaman dalam menerapkan ilmu kebidanan, metodologi penelitian, dan biostatistik
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan kami bahas tentang : Konsep ASI yang berisi tentang
pengertian, manfaat pemberian ASI, fisologi laktasi, cara menyusui yang
benar faktor-faktor yang menghambat pemberian ASI.
2.1 KONSEP ASI
2.1.1 Pengertian
ASI adalah makanan yang sempurna untuk bayi manusia, lebih mudah bagi
bayi untuk mencernanya dan ASI tidak mudah menyebabkan sembelit (Lee,
2006 : 14)
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan
garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua kelenjar payudara ibu,
sebagai makanan utama bayi (Soetjiningsih, 1997 : 23).
2.1.2 Manfaat Pemberian ASI
1. Manfaat Bagi Bayi
Dalam ASI terkandung nilai-nilai kompenen yang tidak dapat digantikan
oleh susu formula. Misalnya, perlindungan terhadap infeksi, alergi dan
merangsang sistem kekebalan tubuh bayi. Komposisi ASI sangat baik karena
mempunyai kandungan protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang
seimbang. Ini lebih memudahkan kerja pencernaan serta mengurangi
timbulnya gangguan pencernaan, seperti diare atau sembelit. Dengan
demikian, bayi yang minum ASI mempunyai kecenderungan memiliki berat
badan yang ideal (Mellyana, 2003: 69).
2. Manfaat Bagi Ibu
Manfaat pemberian ASI ternyata tidak hanya untuk bayi, tetapi juga
bermanfaat bagi ibu. Berikut ini beberapa manfaat yang diperoleh dengan
menyusui, menurut Mellyana (2003 : 75) :
a) Membantu mempercepat pengembalian rahim kebentuk semula dan
mengurangi perdarahan setelah kelahiran.Ini karena isapan bayi pada
payudara dilanjutkan melalui saraf kekelenjar hipose di otak yang
mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin selain bekerja untuk
mengontraksikan saluran ASI pada kelenjar air susu juga merangsang rahim
untuk bekontraksi.
b) Bagi ibu, pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan segar
dengan suhu yang sesuai sehingga bisa langsung diberikan dan selalu siap
jika diperlukan pada malam hari.
c) Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak perlu dibeli.
d) Mengurangi biaya perawatan sakit karena bayi yang minum ASI tidak mudah terkena infeksi.
e) Memberikan rasa puas, bangga dan bahagia pada ibu yang berhasil
menyusui bayinya karena tingkah laku bayi yang menyusu akan menggelitik
perasaan ibu dalam memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.
f) Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara
bertahap karena pengeluaran energi untuk ASI dan proses pembentukannya
akan mempercepat seorang ibu kehilangan lemak yang ditimbun selama
kehamilan.
g) Pemberian ASI secara ekslusif dapat berfungsi sebagai kontrasepsi
sampai empat bulan setelah kelahiran karena isapan bayi merangsang
hormon prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi/pematangan telur
sehingga menunda kesuburan.
h) Pemberian ASI yang cukup lama dapat memperkecil kejadian
keganasan kanker atau karsinoma payudara dan ovarium / kandung telur.
2.1.3 Fisiologi Laktasi
Kemampuan laktasi setiap ibu berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan
yang lebih besar dibandingkan yang lain. Dari segi fisiologi, kemampuan
laktasi mempunyai hubungan dengan makanan, faktor endokrin, dan faktor
fisiolgi, menurut Patricia (2006 : 238).
1. Hormon prolaktin, yang berasal dari kelenjar pituitari anterior awalnya berperan untuk proses produksi air susu.
2. Oksitosin dari kelenjar pituitari posterior, berperan dalam reflek
keluarnya ASI, yang mencetuskan keluarnya aliran susu.
3. Refleks pengeluaran distrimulasi oleh isapan bayi, tetapi juga
dapat distrimulasi oleh keberadaan bayi itu sendiri atau saat ibu
menangis, atau bahkan memikirkan tentang bayi.
4. Reflek pengeluaran dapat terhambat karena kepercayaan ibu yang
kurang, merasa takut atau rasa malu atau ketidak nyamanan fisik.
5. Produksi air susu berdasarkan aturan pengeluaran dan permintaan.
Penghambatan yang berulang dari reflek pengeluaran atau kegagalan untuk
mengosongkan mammae dengan komplet dan sering, dapat menurunkan
pengeluaran susu.
2.1.4 Cara Menyusui yang Benar
Cara menyusui sangat mempengaruhi kenyamananm bayi menghisap air susu.
Oleh karena itu, usahakan agar ibu dapat menyusui dengan baik dan benar.
Perhatikan hal-hal berikut ini agar tujuan tersebut tercapai. Menurut
Mellyana Huliana (2003 : 43) cara menyusu yang benar :
1. Usahakan posisi ibu dan bayi cukup nyaman saat menyusui, baik dalam
posisi duduk yang ditopang dengan bantal atau berbaring.
2. Peluk dan letakkan kepala bayi pada siku tangan ibu sehingga menopang bokong seperti berikut ini:
a) Letakkan bayi menghadap ibu sehingga telinga dan lengannya berada
pada satu garis lurus. Selanjutnya, lekatkan menghadap payudara sehingga
dagu bayi menyentuh payudara.
b) Sangga bawah / dasar payudara dengan jari-jari, jangan terlalu dekat
pada putting, melainkan diluar areola dan tidak menjepit putting susu
dengan dua jari.
c) Bayi akan meraih payudara jika lapar. Rangsang mulut bayi pada bagian
areola sehingga menimbulkan reflek bayi untuk mencari putting. Mulut
akan terbuka lebar dan bibir bawah menjulur. Selanjutnya, segera
lekatkan sehingga lidah mencekap putting dan areola payudara.
d) Pipi bayi akan kelihatan bulat karena sebagian areola berada dalam
mulut bayi dan areola yang tersisa berada diatas mulut bayi.
e) Terlihat isapan lambat dan dalam disertai gerakan menelan yang teratur
f) Bayi tetap melekat pada payudara dengan tenang dan rasa aman sambil
merangkul dengan yakin karena perhatian dan sentuhan ibu yang penuh
kasih.
g) Jika ASI yang keluar tampak menetes, susukan bayi selama 10-15
menit/sesuai kebutuhan pada satu payudara sampai terasa kosong.
Selanjutnya, pindahkan pada payudara lain dan susukan selam 15-20 menit
karena biasanya isapan sudah kurang kuat jika mulai kenyang.
3. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menyusui agar terhindar dari berbagai masalah:
a) Periksa sedini mungkin seandainya ada keluhan yang berkaitan dengan kondisi payudara.
b) Rawatlah payudara sedini mungkin dengan baik. Pakailah pemakaian BH
yang tepat. Lakukan latihan otot-otot tubuh yang berfungsi menopang
payudara serta memperhatikan kebersihan payudara, khususnya daerah
putting dan areola.
c) Perhatikan nutrisi atau zat gizi yang dikonsumsi agar ASI bermutu baik
d) Hindari merokok dan asap rokok.Tidak minum-minuman beralkohol serta kurangi minum kopi, the dan minuman yang mengandung soda.
e) Perhatikan agar pemakaian obat-obatan untuk ibu menyusui hendaknya
atas sepengetahuan dokter karena obat-obat tersebut juga akan terdapat
dalam ASI.
2.1.5 Faktor-faktor yang menghambat pemberian ASI
1. Faktor dari ibu
Selama masa menyusui, ada kalanya timbul masalah yang dialami oleh
seorang ibu. Masalah ini dapat mengganggu keberhasilan dalam menyusui.
Menurut Mellyana Huliana (2003 : 47) faktor yang menghambat pemberian
ASI :
1) Putting datar atau terbenam
Dengan menggunakan pompa putting, putting susu yang datar atau
terbenam dapat dibantu agar menonjol dan dapat dicekap oleh mulut bayi.
Upaya ini dapat dimulai sejak kehamilan 37 minggu dan biasanya hanya
perlu dibantu hingga bayi berusia 5-7 hari. Dengan usaha yang tekun dan
kerja sama yang baik antara ibu dan bayi, ibu akan mengatasi masalah
ini.
2) Putting susu lecet
Keadaan ini terjadi dalam minggu pertama setelah bayi lakir untuk
mencegah putting nyeri atau lecet, perhatikan hal-hal berikut:
a) Oles puting susu dengan ASI setiap kali hendak dan sudah menyususi.
b) Jangan menggunakan BH yang terlalu ketat.
c) Jangan membersihkan putting susu dan daerah areola dengan sabun,alkohol.
d) Posisi menyususi hendaknya bervariasi, jika posisi menyusui
selalu sama dapat membuat trauma yang terus menerus ditempat yang sama.
e) Lepaskan isapan bayi setelah selesai menyusui dengan cara menekan dagu bayi sampai lepas dari payudara.
Cara mengatasi puting susu lecet:
a) Jika rasa nyeri dan luka tidak terlalu berat, ibu dapat terus
menyususi dengan memulai pada daerah yang tidak nyeri terlebih dahulu.
Oles putting susu dengan es beberapa saat, lakukan proses menyususi
sampai ASI mengalir keluar sehingga rasa perih berkurang.
b) Jika rasa nyeri berlangsung hebat atau luka makin berat, putting susu yang sakit dapat diisyaratkan selam 24 jam.
3) Payudara bengkak
Payudara yang bengkak terjadi karena hambatan aliran darah vena atau
saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara.
Kejadian ini timbul karena produksi yang berlebihan, bayi menyusui
secara terjadwal, bayi tidak menyusui dengan kuat posisi menyusui yang
salah atau puting susu datar atau terbenam. Cara mengatasinya:
Kompres payudara dengan handuk hangat, lalu masase kearah putting hingga
payudara teraba lebih lemas dan ASI dapat keluar melalui putting.
Susukan bayi tanpa jadwal sampai payudar kosong
Urutlah payudara mulai dari tengah, lalu kedua telapak tangan kesamping,
kebawah dengan sedikit tekanan keatas dan lepaskan dengan tiba-tiba.
Keluarkan ASI sedikit dengan tangan agar payuara menjadi lunak dan putting susu menonjol keluar
Susukan bayi lebih sering, demikian juga pada malam hari,meskipun bayi harus dibangunkan.
4) Saluran Susu tersumbat
Keadaan ini timbul akibat tekanan jari pada waktu menyusui,pemakaian
penyokong payudar yang terlalu ketat atau adanya komplikasi payudara
bengkak yang tidak segera diatasi. Payudar dapat dikompres dengan air
hangat sebelum menyusui dan kompres dingin setelah menyusui untuk
mengurangi rasa nyeri dan bengkak.
5) Mastitis dan Abses Payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Bagian yang terkena
menjadi merah, bengkak, nyeri dan panas. Suhu tubuh ibu meningkat,
kadang-kadang disertai menggigil. Biasanya kejadian ini terjadi pada
masa 1-3 minggu setelah melahirkan akibat saluran susu tersumbat dan
tidak segera diatasi. Cara mengatasinya: dengan berkonsultasi pada
dokter untuk mendapatkan terapi antibiotik dan obat penghilang rasa
sakit
Mastitis yang terlambat diobati dapat berlanjut menjadi abses,
ibu tampak kesakitaan, payudara merah mengkilap dan benjolan yang teraba
mengandung cairan berupa nanah. Untuk mengatasinya ibu harus segera
kedokter, sementara itu ibu berhenti menyususi pada payudara yang
mengalami abses tersebut dan bayi dapat terus menyusui pada payudara
yang sehat.
6) Sindrom ASI kurang
Ibu sering mengeluh bahwa ASI-nya kurang atau tidak cukup untuk
kebutuhan bayinya. Keluhan-keluhan yang sering dirasakan oleh ibu yang
mengalami sindrom kurang ASI:
Payudara kecil, padahal ukuran payudara tidak menggambarkan kemampuan
ibu memproduksi ASI. Besar kecilnya payudara ditentukan oleh jaringat
ikat dan jaringan lemak.
Kekentalan ASI tampak berubah,sebenernya kekentalan ASI bisa berubah-ubah tergantung kebutuhan bayi.
Payudara tampak mengecil, lembek dan ASI tidak menetes lagi .
Bayi sering menangis diduga kekurangan ASI. Sebenarnya, banyak penyebab bayi menangis.
Bayi lebih sering minta disusukan. Sebenarnya saat menyusui bayi juga
mendapatkan belaian, kehangatan dan kasih sayang, tidak sekedar minum.
2 Faktor bayi
1) Bayi bingung putting
Keadaan bayi yang mengalami nipple confusion karena diberi susu formula
dalm botol bergantian dengan menyusu pada ibu. Ibu yang menyusui bayinya
dengan botol dan dot beralasan produk ASI-nya berkurang atau ibu sakit.
Berikut tanda-tanda bingung puting :
Bayi mengisap puting seperti menghisap botol
Waktu menyusu, cara mengisapnya terputus-putus
Bayi menolak menyusu pada ibu
Untuk mencegah bingung puting lakukan langkah-langkah :
Usahakan agar bayi menyusu pada ibu
Lakukan cara menyusui yang benar
Lakukan proses menyusui yang sering
2) Bayi sering menangis
Menangis merupakan cara bayi berkomunikasi sehingga jika seorang bayi
menangis pasti ada sebabnya. Mungkin karena lapar, takut, kasepian,
bosan, popok basah, atau sakit. Jika kondisi ini terjadi, segera ambil
tindakan yang tepat. Delapan puluh persen dari penyebab tersebut dapat
ditanggulangi dangan cara menyusui bayi dengan teknik yang benar sampai
tangis bayi dapat dihentikan.
3) Bayi enggan menyusu
Bayi perlu dapat perhatian khusus jika ia enggan menyusu : terutama
jika bayi muntah, diare, mangantuk, kuning dan kejang-kejang. Berikut
ini beberapa penyebab bayi enggan menyusu :
Hidung tertutup lendir / ingus karena pilek sehingga sulit untuk menghisap, bernafas.
Bayi dengan sariawan sehingga nyeri untuk menghisap.
Terlambat dimulainya menyusu.
Bayi ditinggalkan lama karena ibu sakit atau bekerja.
Berikut beberapa penanggulangan yang dapat dilakukan pada bayi yang enggan menyusu :
Apabila bayi pilek, ibu ajarkan cara membersihkan lubang hidung.
Berikan pengobatan jika mulut bayi sariawan.
Berikan kesempatan pada ibu untuk merawat bayinya sendiri agar lebih mengenal sifat atau ciri bayinya.
Lakukan teknik menyusui yang benar.
4) Ikterus ada neonatus
Pada ikterus, kulit bewarna kekuningan sampai kuning tergantung pada
kadar bilirubinnya. Ikterus pada neonatus bersifat fisiologi dan
patologis. Ikterus fisiologis tidak berbaya bagi bayi. Biasanya terjadi
pada hari ketiga atau keempat sesudah kelahiran. Keadaan tersebut dapat
membaik saat berusia kira-kira 7-10 hari. Pada keadaan ini, bayi
mengalami kekuningan yang disebabkan pada minggu terakhirmasa kehamilan
janin mambentuk eritrosit akstra banyak untuk memenuhi kebutuhan
oksigan. Setelah bayi lahir, bayi dapat menghirup udara dengan bebas
sehingga kebutuhan oksigen dapat dipenuhi. Sementara eritrosit yang
berlebihan rusak.Kekuningan yang terjadi pada bayi ini dapat disebabkan
oleh kerusakan mendadak yang berlebihan dari eritrosit atau bisa juga
karena hepar bayi belum dapat berfungsi normal. Ikterus patologi terjadi
apda 24 jam pertama setelah bayi dilahirkan. Hal ini dapat terjadi
karena suatu infeksi atau terkena intoksikasi obat, misalnya preparat
sulfa yang diberikan pada ibu.
2.2 KONSEP PENGETAHUAN
2.2.1 Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penerimaan
rasa dan raba. (Notoatmodjo, 2003 : 3).
2.2.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003 128) mengemukakan bahwa pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
Tahu (Know), adalah kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya termasuk diantaranya mengingat kembali terhadap
suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang diterima.
Memahami (Comprehention), adalah kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
Aplikasi (Aplication), adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
Analisa (Analisys), adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu stuktur
organisasi tersebut.
Sintesis (Synthesis), adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Evaluasi (Evaluation), adalah suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
2.2.3 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005 : 10) cara yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
Cara tradisional atau non ilmiah
Cara tradisional atau kuno ini dipakai orang untuk me peroleh kebenaran m
pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah atau metode penemuan
secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode
ini antara lain meliputi:
a) Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin
sebelum adanya peradapan. Cara coba salah ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan
tersebut tidak berhasil maka akan dicoba dengan kemungkinan yang lain.
b) Cara kekuasaan atau otoritas
Prinsip dari cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang
dikemukakan oleh orang yang mempunyai aktifitas tanpa terlebih dulu
menguji atau membuktikan kebenaran, baik berdasarkan fakta empiris
ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang
yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang dikemukakannya
adalah sudah benar.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan
cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan pada masa yang lalu. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak
semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik
kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan berfikir kritis dan
logis.
d) Melalui jalan pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan
jalan pikirannya, baik melalui induksi ataupun deduksi. Induksi adalah
proses pembuatan kesimpulan melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada
umum. Deduksi adalah proses pembuatan kesimpulan dari
pernyataan-pernyataan yang umum kepada khusus.
Cara modern atau cara ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih
sistematik, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian
ilmiah” atau lebih popular disebut metode penelitian. Dalam memperoleh
kesimpulan dilakukan dengan cara mengadakan observasi langsung dan
membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan
obyek penelitian.
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2003: 24) ada enam faktor yang mempengaruhi diperolehnya pengetahuan yaitu :
Usia.
Dengan bertambahnya usia maka tingkat pengetahuan akan
berkembang sesuai dengan pengetahuan yang pernah didapat, juga dari
pengalaman sendiri.
Pendidikan.
Tingkat pendidikan seseorang sangat besar pengaruhnya terhadap
pengetahuan. Seseorang yang berpendidikan tinggi, pengetahuan akan
berbeda dengan orang yang hanya berpendidikan rendah.
Intelegensia.
Pengetahuan yang dipengaruhi intelegensia adalah dimana
seseorang dapat bertindak cepat, tepat dan mudah dalam mengambil
keputusan.
Pekerjaan.
Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari pada
seseorang yang tidak bekerja karena dengan bekerja seseorang akan banyak
mempunyai informasi dan pengalaman.
Pengalaman.
Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Seseorang dengan pengalaman yang lebih banyak maka
pengetahuannya akan lebih luas pula.
6. Penyuluhan.
Meningkatkan pengetahuan juga dapat melalui metode penyuluhan.
Dengan pengetahuan yang bertambah seseorang akan dapat mengubah
perilakunya.
7. Media massa
Dengan masuknya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam
media massa yang dapat pula mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang
inovasi baru.
8. Sosial Budaya
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa penalaran
apakah yang dilakukan tersebut baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukannya.
Selain itu seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi (1997) bahwa kebudayaan
berpindah dari setiap generasi manusia.
2.2.5 Cara Mengukur Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (1998 : 54 ) bahwa pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang
ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Ke dalam pengetahuan
yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan
tingkat-tingkat tersebut diatas sedangkan kualitas pengetahuan pada
masing-masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan skoring yaitu :
1. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76 – 100%.
2. Tingkat pengetahuan cukup baik bila skor atau nilai 56 – 75%.
3. Tingkat pengetahuan kurang baik bila skor atau nilai 40 – 55%.
4. Tingkat pengetahuan tidak baik bila skor atau nilai < 40%.
KONSEP SIKAP
2.3.1 Pengertian
Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau obyek. (Notoatmodjo, 2003 : 130)
Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui
pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap
respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya.
(Widayatun, 1999 : 218)
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai dengan kecenderungan
untuk bertindak sesuai dengan sikap yang obyek tadi. (Purwanto, 1999 :
62)
2.3.2 Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003 : 132) sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :
1. Menerima (receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
2. Merespons (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu dari sikap.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang
lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. terdapat
keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada
orang itu.
2.3.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap.
Menurut Syaifudin Azwar (2003 : 112) sikap seseorang dipengaruhi oleh :
Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan
menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai
tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang
berkaitan dengan obyek psikologis. Apakah penghayatan itu kemudian akan
membentuk sikap yang positif ataukah sikap negatif, akan bergantung pada
berbagai faktor lain. Sehubungan dengan hal ini, Middlebook (1974 dalam
Azwar, 2003) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali
dengan suatu obyek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif
terhadap obyek tersebut.
Pengaruh orang yang dianggap penting
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial
yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting,
seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah
dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau
seseorang yang berarti khusus bagi kita (significant others), akan
banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Orang yang
biasanya dianggap penting oleh individu, diantaranya adalah orang tua,
orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat,
guru, teman kerja, istri atau suami, dan lain-lain.
Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang
mempunyai norma longgar dalam kehidupan heterososial, sangat mungkin
kita akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan
pergaulan heteroseksual. Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang
sangat mengutamakan kehidupan berkelompok, maka akan sangat mungkin kita
mempunyai sikap yang negatif terhadap kehidupan individualisme yang
mengutamakan kepentingan perorangan. Menurut Burrhus Frederic Skinner,
kepribadian tidak lain merupakan pola prilaku yang konsisten yang
menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang kita
alami (Hergenhahn, 1982; yang dikutip Azwar, 2003). Artinya kita
memiliki sikap dan perilaku tertentu dikarenakan kita mendapat
reinforcement (penguatan, ganjaran) dari masyarakat untuk sikap dan
perilaku tersebut, bahkan untuk sikap dan perilaku yang lain. Tanpa kita
sadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap
berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya,
karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman
individu-individu yang menjadi anggota kelompoknya. Hanya kepribadian
individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi
kebudayaan dalam pembentukan sikap individu.
Media massa
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa
pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif
baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan
sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan
memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah
arah sikap tertentu.
Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga-lembaga ini sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam
pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan
konsep moral dalam diri individu, pemahaman akan baik dan buruk, garis
pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan diperoleh
dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem
kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian
konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap
sesuatu hal.
Pengaruh Faktor emosional
Tidak sama bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai
semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan
ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera
berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula merupakan
sikap yang telah persisten dan tahan lama.
Menurut Purwanto (1999 : 66) faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya sikap adalah pertama faktor intern yaitu faktor-faktor yang
terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri, seperti
selektivitas. Kedua adalah faktor ekstern yang merupakan faktor dari
luar manusia yaitu :
1. Sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap
2. Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap
3. Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut
4. Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap
5. Situasi pada saat sikap dibentuk.
2.3.4 Pembentukan Sikap
Menurut Purwanto (1999 : 65) sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam cara :
1. Adopsi
Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan
terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri
individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.
2. Deferensi
Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan
dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap
sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terdapat
obyek tersebut dapat dibentuk sikap tersendiri pula.
3. Integrasi
Pembentukan sikap di sini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu.
4. Trauma
Adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan
mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang
traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.
2.3.5 Pengukuran Sikap
Menurut Azwar (1995 :140) pengukuran sikap model likert:
Sikap likert dikenal dengan Summated rating methode. Dalam menciptakan
alat ukur linert juga menggunakan pernyataan-pernyataan dengan
menggunakan 5 alternatif jawaban atau tanggapan atas
pernyataan-pernyataan tersebut. Subyek yang diteliti disuruh memilih
salah satu dari 5 alternatif jawaban yang dikemukakan oleh linkert :
Sangat setuju (strangly approve)
Setuju (approve)
Tidak mempunyai standart (undecide)
Tidak setuju (disapprove)
Sangat tidak setuju (strangly disapprove)
Nilai untuk masing-masing pernyataan dan seseorang sangat setuju
terhadap pernyataan tersebut maka orang yang bersangkutan memperoleh
skore 5. Sebaliknya bila sesuatu pernyataan bersifat negatif dan orang
yang bersangkutan sangat tidak setuju maka orang tersebut akan
memperoleh skore 1. Jumlah nilai yang dicapai oleh seseorang merupakan
indikasi bahwa seseorang tersebut sikapnya makin positif terhadap objek
sikap demikian sebaliknya. Prosedur perskalaan (scaling) yaitu penentuan
pemberian angka atau skore yang harus diberikan pada setiap kategori
respon perskala terhadap pernyataan favorable dan pernyataan
unfavorable:
Pernyataan favorable Pernyataan unfavorable
STS : 1 STS : 5
TS : 2 TS : 4
RR : 3 RR : 3
S : 4 S : 2
SS : 5 SS : 1
Skore individu pada skala sikap yang merupakan skore sikapnya adalah
jumlah skore dari keseluruhan pernyataan yang ada dalam skala Kemudian
rata – rata (mean) kelompok dan deviasi standart kelompok untuk menguji
positif atau negatif salah satu standart yang bisa digunakan untuk
menginterpretasi skala model likert adalah skore T yaitu:
Keterangan :
X : skore responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skore T
: mean skore kelompok
S : standart deviasi kelompok
Kesimpulan :
Apabila skor – T lebih besar dari mean kelompok = mempunyai sikap
positif dimana subyek mempunyai sikap yang relatif favorabel dari
sebagian besar responden dalam kelompoknya.
Apabila skor – T kurang dari mean kelompok = mempunyai sikap negatif
dimana subyek mempunyai sikap yang relatif unfavorabel dari sebagian
besar responden dalam kelompoknya
Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
1. Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
2 Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus (objek) tersebut.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
4. Trial yakni subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption yakni subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap diatas. Apabila
penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini
didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaiknya
apabila perilaku itu didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak
akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003 : 128).
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Konsep
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Dalam penelitian ini yang diteliti adalah ibu yang menyusui dilihat dari
tingkat pengetahuan tentang cara menyusui yang benar dengan kriteria
baik, cukup baik, kurang baik maupun tidak baik, sikap ibu dalam
menyusui bayinya dapat diketahui sikap positif dan negatif. Kemudian
diteliti adanya hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu tentang
cara menyusui yang benar.
Desain Penelitian
Desain penelitian ini merupakan desain analisis korelasi dengan
menggunakan pendekatan cross sectional survey yaitu dimana data yang
menyangkut variabel bebas dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam
waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2005 : 26). Pada penelitian ini
menganalisa antara hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara
menyusui yang benar.
Hipotesa
Ada Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar.
Populasi, Sampel dan Sampling
Populasi
Populasi menurut Notoatmodjo (2005 : 79) adalah keseluruhan objek
penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan yang berkunjung di Bidan
Praktek Swasta Ny Anik Basuki Desa Ampeldento Kecamatan Pakis berjumlah
45 orang pada bulan September 2006.
3.4.2 Sampel
Sampel menurut Notoatmodjo (2005 : 80) adalah sebagian yang diambil dari
keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.
Pada penelitian ini sampelnya adalah total populasi yaitu seluruh ibu
menyusui yang mempunyai bayi 0-6 bulan yang datang di Bidan Praktek
Swasta Anik Basuki Desa Ampeldento Kecamatan Pakis selama penelitian
pada bulan September 2006 berjumlah 45 orang.
s3.4.2 Sampling
Sampling menurut Arikunto (2001 : 104) adalah suatu proses dalam
menyeleksi populasi untuk dapat mewakili populasi. Pada penelitian ini
menggunakan Accidental sampling.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi
Ibu menyusui yang mempunyai bayi 0 – 6 bulan.
Ibu yang bisa membaca dan menulis.
Ibu menyusui yang bersedia menjadi responden.
Kriteria Eksklusi
Ibu Menyusui yang sedang sakit
Ibu yang tidak bersedia menjadi responden
Ibu yang tidak bisa membaca dan menulis.
Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu
konsep pengertian dan berdasarkan hubungan fungsional antara variable
independent dan variable dependent (Notoadmodjo, 2005 : 70 ).
Variabel independent dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan tentang cara menyusui yang benar pada bayi (0-6 bulan).
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah sikap ibu tentang cara menyusui yang benar pada bayi (0-6 bulan).
Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, artinya memungkinkan
peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat
terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi oleh
orang lain ( Nursalam, 2003 : 106 )
Tabel Definisi Operasional
NO
VARIABEL
DEFINISI
OPERASIONAL
ALAT UKUR
SKALA
KRITERIA
Pengetahuan
Kemampuan ibu dalam menjawab butir-butir pertanyaan dalam kuisioner yang
meliputi : pengertian, waktu pemberian ASI, jenis ASI, warna kolostrum,
manfaat, keuntungan,cara menyusui, posisi dalam menyusui.
Kuesioner dalam bentuk multiple choice
Ordinal
baik (76%-100%) cukup (56-75%) kurang (40-55%) tidak baik (40%).
NO
VARIABEL
DEFINISI OPERASIONAL
ALAT UKUR
SKALA
KRITERIA
2.
Sikap
Respon ibu tentang cara menyusui yang benar yang diungkapkan dengan
persetujuan dalam pernyataan-pernyataan yang ada di kuesioner.
Kuesioner dalam bentuk skala sikap
Nominal
- Favorable atau relative positif. bila T > mean T
- Unfavorable atau relative negative bila T < mean T.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Bidan Praktek Swasta Ny. Anik Basuki Desa
Ampeldento Kecamatan Pakis.Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 13-20
September 2006.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan data primer dan data sekunder yaitu :
3.9.1 Data Primer
Peneliti memberikan surat izin pengambilan data dari kampus kepada bidan
Anik Basuki, setelah mendapat persetujuan dari bidan Anik Basuki
dilakukan pengambilan data pada tiap sampel dengan teknik sampling yang
telah ditentukan Data primer diperoleh secara langsung dengan memberikan
kuisioner pada responden ibu menyusui, selama pengambilan data peneliti
mendampingi ibu untuk mengisi kuisioner yang telah diberikan. Peneliti
mengambil data 5 kali untuk mencapai sampel, setiap kali mengambil data
peniliti memperoleh 9 responden. Kemudian peneliti mengecek kembali
kelengkapan kuesioner yang telah terkumpul, dan melakukan pengolahan
data.
3.9.2 Data Sekunder
Data diperoleh dari register di Bidan Praktek Swasta Ny, Anik Basuki yaitu data ibu menyusui pada periode 13 – 20 oktober 2006.
Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
berbentuk kuesioner. Karena kuesioner ini dibuat sendiri oleh peneliti,
maka sebelum digunakan untuk pengambilan data dilakukan uji validitas
dan reliabilitas instrument.
Teknik Pengolahan Data atau Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan pengelolahan data yaitu dengan cara
3.11.1 Editing : Memeriksa kembali data yang telah terkumpul melalui
kuesioner dan memastikan semua jawaban responden terisi sesuai
pertanyaan. Jika terdapat kuisioner yang belum dapat terisi atau tidak
sesuai dengan petunjuk atau antara pernyataan jawaban tidak sesuai maka
responden dipersilahkan untuk mengisi kembali kuesioner yang masih
kosong.
3.11.2 Koding : Setelah semua data pada kuisioner pengetahuan
terkumpul, peneliti memberi tanda pada jawaban benar diberi nilai 1 dan
jika jawaban salah diberi nilai 0.
Sedangkan pada kuisioner sikap, peneliti memberi nilai sebagai berikut:
Pernyataan favorable Pernyataan unfavorable
STS : 1 STS : 5
TS : 2 TS : 4
RR : 3 RR : 3
S : 4 S : 2
SS : 5 SS : 1
3.11.3 Transfering : Memindahkan data yang sudah diisi oleh
responden kedalam master sheet dalam tabel yang telah ditentukan.
3.11.4 Tabulating : Memasukkan data dalam tabel distribusi frekuensi
yang disajikan dalam persentase,kemudian menghitung pengetahuan dengan
menggunakan rumus :
P =
Keterangan :
P : prosentase hasil
n : skor yang didapat
N : jumlah skor yang maksimal
Untuk mengukur sikap digunakan perhitungan tingkat sikap dengan rumus dibawah ini :
Keterangan :
X : skore responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skore T
: mean skore kelompok
S : standart deviasi kelompok
Kesimpulan :
Apabila skor – T lebih besar dari mean kelompok = mempunyai sikap
positif dimana subyek mempunyai sikap yang relatif favorabel dari
sebagian besar responden dalam kelompoknya.
Apabila skor – T kurang dari mean kelompok = mempunyai sikap negatif
dimana subyek mempunyai sikap yang relatif unfavorabel dari sebagian
besar responden dalam kelompoknya
3.11.5 Analisa Data
Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan diproses dengan
menggunakan tabel tertentu menurut sifat dan kategorinya. Analisis
secara diskriptif dilakukan dengan melihat persentase dan tabulasi
silang antara variabel yang berhubungan. Untuk mengetahui hubungan
antara pengetahuan dengan sikap remaja tentang aborsi menggunakan rumus
Chi-Square. Diolah dengan program SPSS for Windows versi 10.
3.12 Etika Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2006. Peneliti datang
ketempat pengambilan data dan mengambil responden sebanyak 45 orang.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin kepada
pihak Bidan Anik Basuki melalui surat permohonan dari institusi untuk
mendapatkan persetujuan. Setelah syarat-syarat administratif tersebut
telah terpenuhi, peneliti baru melaksanakn penelitian. Peneliti akan
menjaga kerahasiaan responden dan tidak akan membukanya kepada orang
lain. Dalam pengambilan data ini, data diambil secara nyata dan tidak
mengada-ada dan ditulis secara jujur sesuai dengan data yang terdapat di
Bidan Anik Basuki Desa Ampeldento Kecamatan Pakis.
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan
tentang hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui
yang benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang yang
dilaksanakan pada 13- 20 September 2006 pada 45 responden. Hasil
penelitian ini akan dibagi dalam 2 bagian, yaitu 1) data umum dan 2)
data khusus.
Data umum akan menampilkan karakteristik responden yang meliputi umur,
pendidikan, dan pekerjaan. Data khusus meliputi hasil penelitian yang
dimasukka dalam distribusi frekuensi dan interpretasi data antara
variabel independen dengan dependen untuk mengetahui hubungan antara
variabel.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Data Umum
a) Umur Responden
Data mengenai usia responden dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Responden di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Tahun 2006
No
Usia
Frekuensi
Prosentase
1
2
3
20 – 28
29 – 37
38 – 46
19
14
12
42,2
31,1
26,7
Total
45
100
Interpretasi Data :
Sebagian besar ibu menyusui yang menjadi responden berusia antara 20 – 28 tahun, yaitu sebanyak 19 responden (42,2%)
b) Pendidikan
Data mengenai pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 4.1.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Tahun 2006
No
Pendidikan
Frekuensi
Prosentase
1
2
3
SD
SMP
SMA
19
15
11
42,2
33,3
24,4
Total
45
100
Interpretasi Data :
Sebagian besar ibu menyusui yang menjadi responden mempunyai latar belakang pendidikan SD yaitu 19 orang (42,2%).
c) Pekerjaan
Data mengenai pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel 4.1.3 sebagai berikut :
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Tahun 2006
No
Lama Menjadi Kader
Frekuensi
Prosentase
1
2
3.
4
Ibu Rumah Tangga
Tani
Wiraswasta
Buruh
17
14
8
6
37,8
31,1
17,8
13,3
Total
45
100
Interpretasi Data :
Sebagian besar ibu menyusui yang menjadi responden mempunyai pekerjaan Ibu Rumah Tangga yaitu 17 orang ( 37,8 % ).
4.1.2 Data Khusus
a) Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang
Data hasil penelitian memuat data yang mengandung variabel-variabel
penelitian yang meliputi data pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang
benar.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang Cara Menyusui
yang Benar Di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Tahun
2006
No
Kategori
Frekuensi
Prosentase
1
2
3
4
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
15
17
13
0
33,3
37,8
28,9
0
Total
45
100
Interpretasi Data
Sebagian besar menunjukkan responden memiliki pengetahuan cukup baik
sebanyak 17 responden (37,8%). Dari hasil penelitian tidak ada responden
yang memiliki pengetahuan tidak baik tentang cara menyusui yang benar.
b) Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang
Data mengenai sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di Desa
Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang dapat dilihat pada tabel 4.5
sebagai berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang
Benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Tahun 2006
No
Kategori
Frekuensi
Prosentase
1
2
Positif
Negatif
25
20
55,6
44,4
Total
45
100
Interpretasi Data
Dari tabel 4.5 diatas tampak bahwa ibu yang memiliki sikap positif
tentang cara menyusui yang benar sebanyak 25 responden (55,6%).
c) Hubungan pengetahuan dengan Sikap Ibu tentang Cara Menyusui Yang Benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang
Data mengenai hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara
menyusui yang benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang
dapat dilihat pada tabel 4.6 :
Tabel 4.6 Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap ibu tentang Cara
Menyusui Yang Benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang
Tahun 2006
Pengetahuan
Sikap
Total
Positif
Negatif
f
%
f
%
f
%
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
15
10
0
0
8,3
9,4
0
0
0
7
13
0
6,7
7,6
5,8
0
15
17
13
0
15
17
13
0
Total
25
25
20
20
45
45
Interpretasi Data :
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan baik dan memiliki sikap positif yaitu 15 responden (8,3%).
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Chi-Square Test Dengan Menggunakan SPSS
Versi 10 For Windows pada Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara
Menyusui Yang Benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang
Tahun 2006
Value
df
Asymp-Sig
(2-sided)
Pearson Chi-
Square
28,324a
2
0,000
Dari tabel 4.7 diatas didapatkan x2 hitung = 28,324a, x2 tabel = 5,99
value yang ditemukan 0,000 yang berarti lebih kecil dari = 0,05 maka,
H0 ditolak dan H1 diterima dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang
benar.
4.2. Pembahasan
Pada pembahasan ini akan disajikan hasil penelitian mengenai
pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui serta hubungan antara
pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui.
4.2.1 Pengetahuan ibu tentang cara menyusui
Berdasarkan hasil analisa data, secara umum pengetahuan ibu tentang cara
menyusui yang benar, responden yang masuk dalam kategori pengetahuan
baik sebanyak 33,3 %, cukup baik sebanyak 37,8 %.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang
cara menyusui di Desa Ampeldento yang paling banyak adalah pengetahuan
cukup baik 37,8%. Dari kenyataan tersebut menunjukan bahwa ibu menyusui
mampu mengingat, menyebutkan, memahami dan menjelaskan materi tentang
cara menyusui yang benar yang meliputi pengertian, waktu pemberian,
jenis ASI, warna kolostrum, manfaat, keuntungan, cara menyusui. Dalam
hal ini ibu menyusui yang berpengetahuan cukup baik lebih mendominasi
dikarenakan 37,8 % responden berusia 20 - 28 tahun. Faktor usia inilah
yang mempengaruhi pengetahuan ibu menyusui seperti yang diungkapkan oleh
Notoatmodjo (2003 : 24) yaitu dengan bertambahnya usia seseorang, maka
pemikirannya akan semakin berkembang sesuai dengan pengetahuan yang
pernah didapat.
Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan adalah sosial budaya. Seperti
yang dikemukakan oleh Notoadmodjo bahwa kebudayaan berpindah dari setiap
generasi manusia. Artinya pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang
dapat diperoleh dari generasi sebelumnya salah satunya orang tua. Dalam
hal ini pendidikan yang dimiliki oleh orang tua sangat berpengaruh
terhadap pengetahuan ibu menyusui karena semakin tinggi tingkat
pendidikan orang tua maka akan semakin tinggi pula tingkat pengetahuan
yang dimiliki orang tua sehingga pengetahuan yang dapat ditularkan
kepada generasi selanjutnya juga semakin banyak.
Akan tetapi pada kenyataanya masih ada remaja yang memiliki pengetahuan
kurang baik yaitu 28,9%. Hal ini dikarenakan 28,9% sebagian besar 42,2%
ibu-ibu berpendidikan SD dan hanya sebagian kecil saja yang
berpendidikan SMA yaitu 24,4% hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Notoadmodjo (2003 : 24) yaitu dengan pendidikan yang
ditempuh maka tingkat pengetahuan seseorang akan bertambah, sedangkan
orang yang memiliki pendidikan rendah pengetahuannya tidak sebaik yang
memiliki pendidikan yang tinggi.
Sikap ibu tentang cara menyusui
Data mengenai sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di Desa
Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang didapatkan bahwa ibu yang
memiliki sikap positif tentang cara menyusui yang benar adalah 55,6%
sedangkan yang mempunyai sikap negatif adalah 44,4%. Sebagian besar
ibu-ibu memiliki sikap yang positif dibuktikan dengan kemampuan menjawab
pertanyaan favorable tentang cara menyusui yang benar dan waktu
menyusui yang tepat bagi bayi.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden bertindak atau
menerapkan konsep teori yang didapat pada kondisi yang sebenarnya. Hal
ini sesuai dengan teori menurut Purwanto (1999 : 66) bahwa attitude
diartikan dengan sikap terhadap obyek tertentu yang dapat merupakan
sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh
kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan obyek tadi.
Akan tetapi ibu menyusui yang bersikap negatif juga masih besar yaitu
44,4 %, dikarenakan faktor yang mempengaruhi sikap negatif pada umumnya
dikarenakan adanya perubahan sikap ibu menyusui yang terjadi
perlahan-lahan seiring dengan bertambahnya pengetahuan dan informasi
yang didapatkan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Azwar
(2003 : 112) bahwa faktor yang mempengaruhi sikap salah satunya
pengalaman pribadi apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut
membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.
Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat
mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai
pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. Sehubungan dengan hal
itu mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu
obyek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap obyek
tersebut. Karena sebagian besar ibu berusia 20 – 28 tahun sebanyak
42,2%.
4.2.3 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Sikap ibu tentang cara menyusui
Pada hasil analisa data hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu
tentang cara menyusui yang benar dengan menggunakan uji Chi-square
didapatkan nilai signifikan 0,001, dimana angka ini kurang dari batas
signifikan yaitu α 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di
Desa Ampeldento.
Hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang
benar ini dibuktikan dengan ibu menyusui yang mempunyai kriteria baik
dan cukup baik cenderung lebih mempunyai sikap yang positif dibanding
sikap negatif (tabel 4.6). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu
menyusui dengan kriteria baik dan cukup baik akan mempengaruhi sikap
mereka yang cenderung lebih positif tentang cara menyusui yang benar.
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003 : 24) bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan, oleh karena itu sangat penting untuk
memberikan penyuluhan ataupun konseling sehingga dengan pengetahuan yang
cukup ataupun kurang tersebut. Selain itu sikap juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain pengalaman pribadi, kebudayaan, media massa,
lembaga pendidikan dan lembaga agama (Azwar, 2003 : 112).
4.3 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini masih banyak keterbatasan baik yang berasal
dari peneliti sendiri maupun yang dikarenakan oleh hal lain seperti
keterbatasan waktu penelitian. Keterbatasan tersebut diantaranya adalah :
Alat ukur
Belum ada alat ukur yang terstandart sehingga penelitian ini masih
menggunakan alat ukur sendiri. Alat ukur yang digunakan pada penelitian
ini adalah kuesioner yang hanya diuji satu kali, karena keterbatasan
waktu yang dimiliki oleh peneliti. Diharapkan untuk penelitian
selanjutnya lebih dari satu kali pengujian.
Jumlah sampel
Penelitian mengambil sampel di BPS Ny. Anik Basuki di Desa Apeldento
sebanyak 45 ibu menyusui. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya
sampel yang diambil diharapkan lebih banyak lagi, karena semakin banyak
sampel maka hasil penelitian akan lebih baik lagi.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data tentang pengetahuan
dan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di desa Ampeldento
Kecamatan Pakis Kabupaten Malang, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
:
5.1.1 Pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar adalah cukup baik
5.1.2 Sikap ibu tentang cara menyusui yang benar adalah positif.
5.1.3 Dari hasil hubungan pengetahuan dengan sikap didapatkan hasil
sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik dan memiliki sikap
positif, tidak ada responden yang memiliki pengetahuan tidak baik yang
memiliki sikap positif dan negatif. Berdasarkan analisa data dengan
menggunakan uji korelasi Chi Square pada penelitian hubungan pengetahuan
dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar didapatkan X2hitung
lebih besar dari X2tabel yang berarti bahwa H0 ditolak dan dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap
tentang cara menyusui yang benar.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Tenaga Kesehatan
Hendaknya dapat memberikan informasi yang berkelanjutan kepada ibu –ibu
menyusui tentang cara menyusui yang benar. Informasi dapat diberikan
melalui penyampaian materi pada saat ada pertemuan PKK ataupun
kesempatan lain yang memungkinkan.
5.2.2 Bagi Peneliti yang lain
Peneliti lain yang tertarik dengan pokok bahasan ini diberikan
kesempatan untuk lebih mengembangkan hasil penelitian ini yaitu hubungan
pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar.
5.2.3 Bagi profesi kebidanan
Dari hasil ini supaya dapat dijadikan masukan untuk seluruh bidan
dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu menyusui tentang cara
menyusui yang benar dalam hal meningkatkan mutu kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Cetakan ke 12. Edisi Revisi V. Jakarta, Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. (1998). Perilaku Manusia Untuk Keperawatn. Jakarta, EGC.
Depkes RI. (1998). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta, Direktorat Bina kesehatan Kesehatan.
Huliana, Mellyana. (2003). Perawatan Ibu Pasca Melahirkan . Jakarta , Puspa Swara.
Ladewig, Patricia. (2006). Asuhan Keperawatan Ibu Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta , EGC.
Lee, Kerrie. (2006). Segala Suatu Tentang Payudara. Jakarta, Arcan.
Purwanto, Heri. (1999). Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta, EGC.
Notoadmodjo, S. (2003). Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.
Notoadmojo, S. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.
Nursalam. (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Penelitian. Jakarta, CV Sagung Seto.
Soetiningsih . (1997). ASI Petunjuk Untuk Tenaga Keshatan. Jakarta, EGC.
Verralls, Sylvia. (2003). Anatomi Dan Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan Edisi 3. Jakarta, EGC.
Widayatun, Tri Rusmi.. (1999). Ilmu Perilaku. Jakarta, CV Sagung Seto.
WWW. By Pusat Data Dan Informasi @ Departemen kesehatan 2005. Com
Lampiran 2
Surat Ijin Penelitian
Malang Oktober 2006
Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini saya selaku Bidan Anik Basuki menyatakan bahwa mahasiswa Akbid Widyagama Husada Malang :
Nama : Anik Sri Mulyani
Nim : 0302.05
Judul : Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar
Diizinkan untuk mengambil data pada bulan September 2006 BPS Ny Anik Basuki Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.
Demikian surat keterangan kami buat dengan sebenar-benarnya.
Bidan Pimpinan
BPS Ny. Anik Basuki
Lampiran 4
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
( Informed Consent )
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Setelah mendapat informasi tetang tujuan dan manfaat penelitian ini, maka saya bersedia/ tidak bersedia *).
Untuk berperan serta sebagai responden.
Apabila sesuatu hal yang merugikan diri saya akibat penelitian ini, maka
saya akan bertanggung jawab atas pilihan saya sendiri dan tidak akan
menuntut dikemudian hari.
Malang,
Yang bersangkutan
(Responden)
Ket :
*) Coret yang tidak perlu
Lampiran 3
SURAT PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Anik Sri Mulyani
Nim : 0302.05
Mahasiswa Akademi Kebidanan Widya Gama Husada Malang
Bermaksud akan melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Antara
Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar “
Sehubungan dengan hal tersebut, saya memohon kesediaan ibu-ibu untuk
menjadi responden dengan mengisi kuisioner yang akan kami berikan cara
memilih salah satu pertanyaan yang benar dan jawaban dari ibu-ibu akan
kami jaga kerahasiaanya.
Atas kesediaan dan bantuannya saya ucapkan terima kasih.
Demikian permohonan ini kami buat, atas parhatiannya dan kesediaanya kami sampaikan terima kasih.
Hormat Saya
(Anik Sri Mulyani )
Lampiran 5
KISI-KISI
KUISIONER PENELITIAN
NO
VARIABEL
KONSEP/KATEGORI
NO. ITEM
1
Tingkat Pengetahuan
1. Pengertian
2. Waktu Pemberian
3. Jenis ASI
4. Warna Kolostrum
5. Manfaat
6. Keuntungan
7. Cara menyusui
8. Posisi dalam menyusui
9. Cara mengatasi
permasalahan
1, 2
3, 6, 7, 11
4
5
8, 10
9
13, 16
14
18
2.
Sikap
Favorable
Unfavorable
1, 2, 4, 7, 8, 9
3, 5, 6, 10
Lampiran 7
KUNCI JAWABAN KUISIONER
TINGKAT PENGETAHUAN
Kuisioner B
No Soal
Kunci Jawaban
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
A
A
A
A
B
A
A
A
B
A
A
A
A
A
C
Lampiran 6
Kuisioner Penelitian
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan
Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar
DATA UMUM
Kode Responden :
Nama Ibu :
Umur : Tahun
Alamat :
Pendidikan Ibu
Tidak Sekolah Tamat SMP
Tidak tamat SD Tamat SMA
Tamat SD Perguruan Tinggi
Pekerjaan Ibu
IRT PNS
Petani/Buruh Lain-lain
Wiraswasta
Pilihlah jawaban yang benar dari pertanyaan dibawah ini :
PENGETAHUAN
Kepanjangan dari ASI adalah
Air Susu Ibu
Air yang keluar dari payudara
Tidak tahu
Apa yang dimaksud dengan ASI
Makanan paling baik bagi bayi
ASI untuk pertumbuhan bayi
ASI meningkatkan kecerdasan
ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan pada bayi usia
0-6 bulan
4 bulan saja
> 6 bulan
ASI yang pertama kali keluar disebut
Kolostrum
ASI basi
Kotoran
Warna dari kolostrum adalah
Putih
Kuning-kekuningan
Merah
ASI diberikan pada waktu
Segera setelah lahir
2 jam setelah bayi lahir
3 jam setelah bayi lahir
ASI diberikan setiap
2 jam sekali
3 jam sekali
4 jam sekali
Apa manfaat pemberian ASI Eksklusif terhadap bayi
ASI sebagai nutrisi dan meningkatkan kecerdasan
Makanan Tambahan
Menghindari bayi dari kegemukan
Kelebihan ASI dibanding susu lain
Suhunya cocok untuk bayi
Mengandung gizi yang tinggi
Menambah berat badan bayi
Apakah Manfaat dari kolostrum
Untuk kekebalan pada bayi
Menjaga keseimbangan tubuh bayi
Menambah berat badan bayi
Bila bayi tertidur, pada jadwal pemberian ASI maka ibu
Membangunkan bayi
Membiarkan
Bayi disusui jika bangun
Cara menyusui bayi yaitu dengan
Memberikan ASI secara bergantian payudara kanan dan kiri
Kanan saja
Kiri saja
Posisi menyusui yang benar adalah
Dengan setengah duduk bayi dipangku
Tidur
Berdiri
Untuk mencegah lecet dan nyeri sebaiknya tindakan kita:
Oles putting susu dengan ASI setiap kali hendak dan sesudah menyusui
Menggunakan BH yang terlalu ketat
Putting dibersihkan dengan sabun
Berapa lama ASI disusukan :
10 – 15 menit
5 – 10 menit
10 – 15 menit atau sesuai kebutuhan pada payudara
Kuisioner C
Petunjuk Menjawab
Baca pertanyaan dengan benar dan teliti
Berilah tanda ( √ ) pada kolom disebelah kanan pertanyaan yang sesuai dengan pendapat anda
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
RR : Ragu – Ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Pernyataan
SS
S
RR
TS
STS
Menyusui dilakukan setiap 2 jam sekali.
Segera setelah lahi, bayi langsung disusui.
Cara menyusui yang benar adalah dengan posisi tidur.
Menyusui bayi dengan cara bergantian payudara kanan dan kiri.
Setelah menyusui bayi terus menangis, ibu memberikan makanan tambahan.
Jika putting susu sakit pada saat menyusui maka ibu tidak akan menyusui bayinya lagi.
Jika bayi diare maka pemberian ASI diteruskan.
Ibu selalu membersihkan payudara jika akan disusui dan setelah menyusui
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi.
Cara membersihkan payudara yaitu dengan sabun setiap kali mandi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar