Jumat, 10 Februari 2012

PELAYANAN KESEHATAN PRIMER / PRIMARY HEALTH CARE ( PHC )


A. DEFINISI
Pelayanan Kesehatan Primer / PHC adalah strategi yang dapat dipakai untuk menjamin tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk. PHC menekankan pada perkembangan yang bisa diterima, terjangkau, pelayanan kesehatan yang diberikan adalah essensial bisa diraih, yang essensial dan mengutamakan pada peningkatan serta kelestarian yang disertai percaya pada diri sendiri disertai partisipasi masyakarat dalam menentukan sesuatu tentang kesehatan.
Adalah Pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada metoda dan tehnologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat, melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta deengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semanggat untuk hidup mandiri ( Self reliance ) dan menntukan nasib sendiri ( self Determination )
B. TINJAUAN SEJARAH
Gerakan PHC dimulai resmi pada tahun 1977, ketika sidang kesehatan WHO ke 30. Pada konferensi international 1978 di Alma Alta ( Uni Soviet) pada tanggal 12 September 1978, ditentukan bahwa tujuan agar menemukan titik temu dengan PHC. Resolusi dikenal dengan Health For All by the Year 2000 ( HFA 2000) atau sehat untuk semua di tahun 2000 adalah merupakan target resmi dari bangsa-bangsa yang tergabung dalam WHO.
Pada tahun 1981 setelah diidentifikasi tujuan kesehatan untuk semua dan startegi PHC untuk merealisasikan tujuan, WHO membuat indikator global untuk pemantauan dan evaluasi yang dicapai tentang sehat untuk semua pada tahun 1986. Indikator tersebut adalah :
1. Perkembangan sosial dan ekonomi
2. Penyediaan pelayanan kesehatan status kesehatan
3. Kesehatan sebagai objeck atau bagain dari perkembangan sosial ekonomi.
Pemimpin perawat yang menjadi kunci dalam mencetuskan usaha perawatan PHC adalah Dr. Amelia Mengny Maglacas pada tahun 1986.
C. KONSEP PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Pelayanan kesehatan primer merupakan pelayanan kesehatan essensial yang dibuat dan bisa terjangkau secara universal oleh individu dan keluarga di dalam masyarakat. Fokus dari pelayanan kesehatan primer luas jangkauannya dan merangkum berbagai aspek masyarakat dan kebutuhan kesehatan. PHC merupakan pola penyajian pelayanan kesehatan dimana konsumen pelayanan kesehatan menjadi mitra dengan profesi dan ikut serta mencapai tujuan umum kesehatan yang lebih baik.
D. TUJUAN PHC
1. TUJUAN UMUM
Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan sehingga akan dicapai tingkat kepuasan pada masyarakat yang menerima pelayanan.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Pelayanan harus mencapai keseluruhan pendudukan yang dilayani
b. Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
c. Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani
d. Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber – sumber daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
E. FUNGSI PHC
1. Pemeliharaan kesehatan
2. pencegahan penyakit
3. diagnosis dan pengobatan
4. pelayanan tindaj lanjut
5. pemberian sertifikat
F. TIGA UNSUR UTAMA PHC
1. Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan
2. melibatkan peran serta masyarakat
3. melibatkan kerjasama lintas sektoral
G. LIMA PRINSIP DASAR PHC
1. Pemerataan upaya kesehatan
2. Penekanan pada upaya preventif
3. Menggunakan tehnologi tepat guna
4. melibatkan peran serta masyarakat
5. Melibatkan kerjasama lintas sektoral
H. DELAPAN ELEMENT PHC
1. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta pengendaliannya
2. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi
3. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
4. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
5. Immuniasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
6. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat
7. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa
8. Penyediaan obat-obat essensial
I. CIRI CIRI PHC
1. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat
2. Pelayanan yang menyeluruh
3. Pelayanan yang terorganisasi
4. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat
5. Pelayanan yang berkesinambungan
6. Pelayanan yang progresif
7. Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
8. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah wsatu aspek saja
J. TANGGUNG JAWAB PERAWAT DALAM PHC
1. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan
2. Kerjasama dengan masyarakat, keluaraga dan individu
3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan tehnik asuhan diri sendiri pada masyarakat
4. Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan kesehatan dan kepada masyarakat.
5. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat.
K. KESIMPULAN
1. PHC merupakan startegi untuk menyajikan pelayanan kesehatan essensial kepada masyarakat
2. Para petugas pada sistem PHC merupakan mitra dalam berbagai kegiatan bersama-sama dengan anggota masyarakat
3. PHC menandaskan pelayanan kesehatan yang terbayar, bisa dijangkau, tersedia dan bisa diterima
4. Pengkajian masyarakat, menentukan prioritas kesehatan. Implementasi aktifitas melaksanakan evaluasi merupakan aspek-aspek perawatan kesehatan masyarakat yang dipakai PHC
5. Menghimbau masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri, menyiapkan diri untuk mendapatkan kesempatan mekasanakan perawatan sendiri dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan dan sosial.
6. Memberikan penyuluhan kepada penduduk mengenai perkembangan kesehatan dan sosial untuk membantu diri mereka meraih perawatan mandiri, mengambil keputusan sewndiri dan mempercayai diri sendiri.
7. Target dari PHC adalah seluruh masyarakat dan bukan individu.
8. PHC Berbeda dengan pelayanan primer. Pelayanan primer merupakan komponen dari PHC
9. Para petugas kesehatan masyarakat berpartisipasi dalam implementasi PHC
10. TIM PHC terdiri dari perawat, dokter, gigi, apoteker, penyuluhan kesehatan, ahli sanitasi dan ahli diet.
11. Perawat yang efektif dari sistem PHC bekerja dekat dengan penduduk, masyarakat dengan sumber-sumebr dan dengan profesional-profesinal lain di masyarakat yang bersangkutan.
12. Perawat di tim PHC membutuhkan kepemimpinan yang disertai ketrampilan manajemen.

ASKEP JIWA TENTANG REMAJA


ASKEP REMAJA

A. Latar Belakang

•Remaja sebagai calon penerus bangsa, aset bangsa
•Tahap perkembangan yang rawan
•Masalah yang paling banyak ditemukan : kehamilan, penyalahgunaan obat dan alkohol, kecelakaan, bunuh diri, penyakit karena hubungan sex ( Lancaster, 1996).

•Di Indonesia, masalah remaja : penyalahgunaan obat dan alkohol, kehamilan, perilaku kekerasan dan malnutrisi.
•Kanwil Diknas DKI Jakarta :
Terjadi peningkatan kasus tawuran
Peningkatan kasus penyalahgunaan obat tahun 2000 + 2300 orang
Kehamilan akibat sex bebas di kalangan remaja : 5,4 % pelajar SLTP & SLTA
Malnutrisi (anemia) : Jawa Tengah (84,7 %),Jawa Timur (80,2 %)
Overweight akibat makanan fastfood

Tinjauan Teori
Teori Keperawatan (Fawcet, 1984)
1. Teori perkembangan
 terjadi perubahan dan pertumbuhan pada remaja
 Perubahan fisik, perlu disiapkan mental dan emosional terhadap dampak perubahan

2. Teori interaksi
 Menekankan pada peran, komunikasi dan konsep diri
 Remaja menuju tahap kedewasaan
 Bagaimana keluarga mampu melakukan interaksi dengan remaja
 Anak mampu bernegosiasi dalam pembagian tugas
 Keluarga mampu mnyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab, berkomunikasi secara terbuka

3. Teori Sistem
 Menekankan adanya saling ketergantungan antar anggota keluarga
 Dampak terhadap anggota keluarga lain


Program Promosi untuk peningkatan kesehatan Keluarga dengan anak remaja

Malnutrisi
1. Menjelaskan tentang triguna makanan dan contoh makanan
2. Menjelaskan kecukupan nilai gizi bagi tubuh sesuai usia
3. Memperkenalkan tentang teori Restraint (teori tentang mengontrol makanan/diet)
4. Memperkenalkan tentang macam-macam penyimpangan pola makan seperti anoreksia dan bulimia.
5. Mengajarkan tentang gaya hidup yang sehat dan menyusun menu makanan sehat
6. Mengajarkan pemilihan makanan yang tepat termasuk jika berada di sekolah.
7. Pengukuran tinggi badan dan berat badan secara periodik
8. Program latihan teratur
9. Mengajarkan tentang kesehatan mental.

Kehamilan pada Remaja
1. Memperkenalkan pada keluarga tentang fase perkembangan remaja dan tugas perkembangan anak remaja.
2. Memperkenalkan pada keluarga tentang tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja.
3. Menjelaskan tentang fungsi seksual, perubahan fisik yang dapat mempengaruhi psikologis dan sosial remaja.
4. Memotivasi keluarga untuk memperkenalkan kesehatan reproduksi remaja sesuai dengan norma dan budaya dan tingkat pengetahuan yang dimiliki keluarga.
5. Memperkenalkan sejak usia sekolah tentang kehamilan sebagai perubahan dalam kehidupan agar dapat bertanggung jawab.
6. Membiasakan komunikasi terbuka.
7. Memberi kesempatan pada remaja mendapat pengalaman sosial, emosional dan situasi etis untuk meningkatkan proses belajar dan otonomi dan tanggung jawab.
8. Memperkenalkan tempat layanan kesehatan yang dibutuhkan.

Ketergantungan Obat
1. Membantu remaja dan keluarga mengenali tahap perkembangan dan tugas yang akan dilaluinya.
2. Membangun hubungan saling percaya dengan remaja dan keluarga.
3. Meningkatkan interaksi sosial dan keterlibatan remaja dalam kelompok.
4. Membantu mengenali cara beradaptasi terhadap stresor secara efektif.
5. Pendidikan kesehatan tentang obat dan penggunaannya.
6. Membantu remaja dan keluarga mengenal masalah-masalah ketergantungan zat dan dampaknya.
7. Membantu memilih alternatif rekreasi yang sehat.
8. Pendidikan kesehatan mengatasi manajemen stress.

Perilaku Kekerasan
1. Membantu remaja dan keluarga mengenali tahap perkembangan dan tugas yang akan dilaluinya.
2. Mengajarkan stimulus kontrol dan manajemen marah yang sederhana pada remaja dan keluarga.
3. Menjelaskan pada keuarga tanda dan gejala remaja yang mengalami perilaku kekerasan.
4. Membantu remaja untuk memunculkan potensi yang dimiliki.
5. Membantu cara beradaptasi terhadap stresor secara efektif.
6. Membantu cara menyalurkan hobi yang berkaitan dengan penyaluran energi.


Respon Koping dan Reaksi yang mungkin Timbul pada Kaus Risti Remaja

Kehamilan
1. Senang dengan kehamilan (mempertahankan kehamilan)
 Risiko kelahiran BBLR, keracunan kehamilan, anemia
 angka kematian 2x lipat dibanding pada usia > 20 tahun
2. Tidak senang dengan kehamilan
 Menggugurkan kehamilan
 Perdarahan dan kematian
3. Marah karena bingung dengan kehamilan
4. Penolakan terhadap kehamilan atau anak yang dilahirkan
 terjadi akibat tugas perkembangan yang tidak selesai
5. Putus sekolah.

Ketergantungan Obat
1. Merasa lebih baik, terlihat lebih sosial, lebih berenergi.
2. Bila respon dari disfungsi keluarga  tidak peduli
3. Depresi
4. Merasa sudah tidak berdaya  bertambah menggunakan obat-obatan
5. Mencari teman kelompok yang mempunyai masalah yang sama (positip atau negatip)
6. Masalah baru: BBLR, kelainan kongenital, kecelakaan, bunuh diri, penyakit kronis, dll.
7. Keluhan masalah kesehatan lain: sulit tidur, lemah, kaku otot, perubahan mood  menggunakan kembali obat
8. Gejala adiksi : berbohong, menyalahkan, merubah subjek pembicaraan, marah, dll.


Malnutrisi

1. Mencoba diet sesuai standar
2. Meningkatkan interaksi sosial dengan yang lain
3. Menampilkan hal terbaik
4. Lebih tidak memperhatikan  karena prognosis buruk (obesitas)
5. Sangat tidak berdaya
6. Isolasi karena malu
7. Putus asa
8. Marah dan frustrasi


Perilaku Kekerasan
1. Penguatan diri bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu
2. Menunjukan penampilan peran dalam kelompoknya.
3. Marah


Secara Umum Mekanisme Koping pada remaja
1. Penguasaan Kognitif
 Usaha untuk belajar terhadap sistuasi atau stresor
 Perbaiki informasi dengan sharing, diskusi.
2. Conformity (penyesuaian)
 pengakuan kelompok
3. Perilaku terkontrol
 Remaja butuh perubahan dalam hidupnya
 Tidak dapat menerima peraturan keluarga dan sekolah tanpa bertanya.
4. Fantasi
 Membantu mengembangkan berfikir fantasi yang kreatif.
5. Aktivitas gerak

Sumber Artikel dari. http://akperppnisolojateng.blogspot.com/2009/04/askep-jiwa-tentang-remaja_27.html#ixzz1lzNsnLf7
Silahkan kunjungi kami

ANATOMI SISTEM REPRODUKSI WANITA


ANATOMI SISTEM REPRODUKSI terdiri dari :
Dinding abdomen
• Kulit
• Lapisan lemak
• Fascia
• Otot (m. rektus abdominis, m. obliquus eksternus, m. obliquus internus, m. transversus abdominis)

Fungsi dinding abdomen:
• Mengecilkan rongga perut bersama diafragma
• Meningkatkan tekanan rongga perut fungsi persalinan

Dasar panggul
• Manusia berdiri dasar panggul mempunyai beban menahan semua beban khususnya rongga perut dan tekanan intra abdominal
• Beban ditahan oleh otot dan fascia akibat persalinan kendornya fascia dan otot prolapsus genitalis
• Pintu bawah panggul terdiri atas diafragma pelvis, diafragma urogenitale dan lapisan otot
• Diafragma pelvis terdiri dari:
• M. levator ani
• M. koksigeus keduanya membentuk mangkok

• Dibagian tengah depan membentuk hiatus genitalis urethra, vagina dan rektum
• Diafragma urogenitalis yg menutupi arkus pubis:
• M transversus perinei superficialis dan profundus didalamnya terdapat mrhabdospincter urethra
• Lapisan paling luar dibentuk oleh:
• M. bulbo kavernosus
• M. perinea transversa superficialis
• M. iskhiakavernosus
• M. sphincter ani eksternus

• Fungsi otot menahan rektum dan vagina turun kebawah.
• Semua otot tsb dipengaruhi syaraf motorik dapat dikejangkan aktif.

• Pelvis
• Symphisis pubis (menghubungkan kedua paruh tl pelvis)
• Articulatio sacroiliaca (menyatukan columna vertebralis dan tl pelvis)
• Pelvis major (batas-batas: dd abdomen anterior, ala ossis illi, vertebra lumbales. Ukuran jarak antara titik-titik tl pelvis ukuran pelvis)
• Pelvis minor {( batas-batas: promontorium ossis sacri, linea arcuata, eminentia pubica, tl pubis dan tepi atas symphysis pubica ( linea terminalis)}

ALAT GENITALIA
• Vulva
• Tempat muara sistim urogenital
• Mons pubis
jar. lemak tertutup kulit, letak diatas simfisis pubis.
• Labia mayora (dibawahnya adalah jaringan lemak, kel. keringat) kebelakang membentuk kommisura posterior dan perineum dapat robek saat melahirkan
• Medialnya labia minora ( kel keringat, tanpa lemak) kebelakang membentuk frenulum, kedepan membentuk preputium klitoridis, dibawahnya terdapat klitoris jar erektil.

• Vestibulum, dapat dilihat dengan memisahkan labia minora, terdapat 6 muara pada vestibulum:
 Meatus urethtra 2,5 cm dibawah klitoris.
 Dua ductus Skene bermuara 6mm ka/ki urethtra
 Ostium vagina (introitus vagina) terdapat hymen pada (gadis). sobek pada saat koitus. Sisa saat paska melahirkan disebut karunkula himenalis.
 Dua duktus gl. Bartholini sebesar kacang kapri, muara duktus diluar himen .mempertahankan genitalia eksterna tetap lembab.

• Glandula introital:
• Kelenjar Bartholini sekret musinosa alkalis berfs pelumas saat hubungan sexual
• Kel vestibularis: tersebar di seluruh vestibulum vagina

V A G I N A
• Penghubung genitalia eksterna dan interna (panjang 8-10 cm)
• Introitus tertutup himen, suatu lipatan selaput setempat. Pada gadis selaput dara masih utuh, umumnya hanya dapat dilalui jari kelingking jika tertutup sama sekali disebut himen imperforatus.
• Epithel vagina: sel skuamous berlapis. Tidak berkelenjar, tetapi dapat transdusasi
• Pada anak kecil epithel sangat tipis, mudah infeksi
• Mukosa vagina membentuk membentuk rugae lipatan kolumna rugarum
• Dibawah epithel vagina terdapat jaringan ikat, otot.
• Disebelah depan atas terdapat muara urethra sepanjang 2,5 – 4 cm.
• Bagian atas berbatasan dg vesica urinaria sampai forniks vagina anterior, jika kendor dan merosot terbentuk sistokele. Dinding belakang membentuk forniks posterior. Disamping kedua forniks membentuk forniks lateralis, jika kendor rektokele
• Struktur mikroskopis: Epithel skuamosa, Jar ikat vaskuler, Dinding otot, 2 lapisan serabut otot onvolunter (luar longitudinal, dalam sirkuler), Fascia

Fungsi vagina:
• Untuk masuknya spermatozoa
• Keluarnya darah menstruasi dan hasil konsepsi
• Membantu menopang uterus
• Membantu mencegah infeksi, terdapat media asam yang dihasilkan bacillus Doderlein mengubah glikogen menjadi asam laktat. pH normal vagina 3,8 – 4,5.

CERVIX
• Merupakan bagian uterus, struktur dan fungsi berbeda.
• Letak dibawah ishmus uteri yang meliputi ostium internum dan ostium eksternum. Ostium internum, dilatasi pada persalinan.
• Inkompetensi serviks, abortus spontan pada timester 2 kehamilan.
• Ukuran dewasa 2,5 cm (1/3 panjang seluruh uterus).

Struktur mikroskopis Cerviks:
• Endometrium
• Otot involunter bercampur jar ikat kolagen menyebabkan bersifat fibrosa (rata-rata otot 10% nya)
• Peritoneum menutup serviks diatas vagina.
• Pada portio vaginalis terdapat perubahan epithel skuamous ke kolumner squamous columner junction.

Fungsi serviks:
• Membantu mencegah infeksi kedalam uterus
• Dilatasi serviks saat proses persalinan

UTERUS
• Bentuk buah peer
• Ukuran 7 – 7,5 cm
• Terdiri atas:
• Korpus uteri (2/3 proksimal) didalamnya terdapat kavum uteri membuka keluar melalui kanalis servikalis. Serviks uteri di vagina disebut porsio uteri
• Antara korpus dan serviks adalah isthmus uteri (panjang 7 mm)
• Korpus uteri
• Kornu daerah insersi tuba Fallopii
• Fundus bagian uterus diatas dan diantara 2 kornu
• Cavum uteri (bentuk segi tiga)
• Serviks: 1/3 distal
• Korpus : serviks bayi 1: 2 dan pada dewasa 2:1Bagian atas korpus disebut fundus uteri tempat masuknya tuba Fallopii

Struktur mikroskopis:
• Dinding uterus tunika serosa (peritoneum), tunika muskularis dan endometrium
• Miometrium berlapis 3: longitudinal, sirkuler dan obliq yang saling beranyaman.
• Kavum uteri dilapisi selaput lendir kaya kelenjar endometrium
• Endometrium terdiri epithel kubik, kelenjar dan stroma kaya pembuluh darah.

UTERUS
• Posisi uterus anteversifleksio: serviks kedepan atas membentuk sudut dengan vagina, sedang korpus kearah depan dan membentuk sudut 20-30 derajat dengan serviks sebaliknya retroversifleksio
• Kedudukan uterus dalam pelvis ditentukan: Tonus otot rahim, Tonus ligamentum penyangga, Tonus otot dasar panggul

Ligamentum penyangga uterus:

• Ligamentum latum merupakan lipatan peritoneum kanan kiri uterus meluas sampai dinding panggul.
• Ruang antar lipatan berisi pembuluh darah, limfe dan ureter.
• Ligamentum rotundum kaudal insersi tuba-kanalis inguinalis
• Ligamentum infundibulo pelvikum terbentang dari infundibulum dan ovarium ke dd panggul
• Ligamentum kardinale setinggi osteum uteri internum dari serviks ke panggul
• Ligamentum sakrouterinum merupakan penebalan ligamentum kardinale menuju os sacrum
• Antara tuba dan ovarium terdapat lig.ovarii propium
• Pembuluh darah a uterina cabang a. hypogastrika melalui lig latum menuju uterus setinggi osteum uteri internum dan a ovarika cabang aorta abdominalis.

Fungsi uterus:

• Tempat implantasi paska fertilisasi
• Nutrisi hasil konsepsi
• Perkembangan dan pertumbuhan konsepsi
• Mengeluarkan hasil konsepsi
• Involusi paska kelahiran bayi

TUBA
• Panjang 11 – 14 cm
• Bagian yang ada pada fundus disebut pars interstisialis, lateralnya pars isthmika, lateralnya lagi pars ampularis yang mempunyai corong terbuka disebut infundibulum.
• Struktur mikroskopis tuba:
• Peritoneum
• Muskuler (longitudinal dan sirkuler)
• Mukosa epithel kubik, bersilia dan bersekresi.

• Tuba terbagi menjadi 4 bagian:
• Pars interstisialis (diantara otot rahim mulai osteum internum tubae)
• Pars isthmika tuba ( diameter paling sempit)
• Pars ampularis tuba (diameter paling luas)
• Pars infundibulum dengan ujung akhir fimbriae.

Fungsi tuba:
• Menangkap sel ovum
• Merupakan saluran spermatozoa
• Merupakan tempat konsepsi, pertumbuhan dan perkembangan konsepsi sampai blastula

OVARIUM
• Ukuran: seibu jari tangan (3X2X1 cm, beratnya 5-8 gr).
• Ovarium kerah uterus bergantung pada lig. Infundibulo pelvikum melekat pada lig. Latum melalui mesovarium
• Ovarium terdiri 2 bagian:
• Korteks ovarii: Mengandung follikel primordial, Berbagai fase pertumbuhan follikel, Terdapat korpus luteum dan albikans, Medull ovarii: Terdapat pembuluh darah, limfe dan syaraf
• Parametrium jaringan ikat yang terdapat antara kedua lembaran lig latum

Yang paling (pesene dokter NONO)
• Yang paling jauh adalah masa lalu
• Yang paling dekat adalah kematian
• Yang paling ringan adalah berbohong
• Yang paling berat adalah melaksanakan amanah
• Yang paling besar adalah menahan hawa nafsu

Sumber Artikel dari. http://akperppnisolojateng.blogspot.com/2009/03/anatomi-sistem-reproduksi-wanita.html#ixzz1lzNdJFmT
Silahkan kunjungi kami

proses keperawatan

Proses Keperawatan
Proses keperawatan secara umum diartikan sebagai pendekatan dalam pemecahan masalah yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap setiap orang.

Adapun karakteristik dari proses keperawatan antara lain:

Merupakan kerangka berpikirdalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, keluarga, dan komunitas.
Bersifat teratur dan sistematis.
Bersifat saling bergantung satu dengan yang lain
Memberikan asuhan keperawatan secara individual
klien menjadi pusat dan menghargai kekuatan klien
Dapat digunakan dalam keadaan apapun
Dalam proses keperawatan terdapat empat tahapan yaitu:

•1. Pengkajian

Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data objektif dan subjektif dari klien. Adapun data yang terkumpul mencakup klien, keluarga, masyarakat, lingkungan, atau kebudayaan. (Mc Farland & mc Farlane, 1997)

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan selama pengkajian antara lain:

Memahami secara keseluruhan situasi yang sedang dihadapi oleh klien dengan cara memperhatikan kondisi fisik, psikologi, emosi, sosialkultural, dan spiritual yagn bisa mempengaruhi status kesehatannya.
Mengumpulkan semua informasi yang bersangkutan dengan masa lalu, saat ini bahkan bahkan sesuatu yang berpotensi menjadi masalah bagi klien guna membuat suatu database yang lengkap. Data yang terkumpul berasal dari perawat-klien selama berinteraksi dan sumber yang lain. (Gordon, 1987;1994)
Memahami bahwa klien adalah sumber informasi primer.
Sumber informasi sekunder meliputi anggota keluarga, orang yang berperan penting dan catatan kesehatan klien.
Metode pengumpulan data meliputi :

Melakukan interview/wawancara.
Riwayat kesehatan/keperawatan
Pemeriksaan fisik
Mengumpulkan data penunjang hasil laboratorium dan diagnostik lain serta catatan kesehatan (rekam medik).
•2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif untuk membuat diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain.

The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA, 1992) mendefinisikan diagnosa keperawatan semacam keputusan klinik yang mencakup klien, keluarga, dan respon komunitas terhadap sesuatu yan berpotensi sebagai masalah kesehatan dalam proses kehidupan.

Dalam membuat diagnosa keperawatan dibutuhkan ketrampilan klinik yang baik, mencakup proses diagnosa keperawatan dan perumusan dalam pembuatan pernyataan keperawatan.
Proses diagnosa keperawatan dibagi menjadi kelompok interpretasi dan menjamin keakuratan diagnosa dari proses keperawatan itu sendiri. Perumusan pernyataan diagnosa keperawatan memiliki beberapa syarat yaitu mempunyai pengetahuan yang dapat membedakan antara sesuatu yang aktual, risiko, dan potensial dalam diagnosa keperawatan.
•3. Intervensi

Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi dilakukan untuk membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan.

Intervensi keperawatan harus spesifik dan dinyatakan dengan jelas. Pengkualifikasian seperti bagaimana, kapan, di mana, frekuensi, dan besarnya memberikan isi dari aktivitas yang direncanakan. Intervensi keperawatan dapat dibagi menjadi dua yaitu mandiri yaitu dilakukan oleh perawat dan kolaboratif yaitu yang dilakukan oleh pemberi perawatan lainnya.

•4. Evaluasi

Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal. (Alfaro-LeFevre, 1994)

Perawat menemukan reaksi klien terhadap intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apa yang menjadi sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima.Perencanaan merupakan dasar yang mendukung suatu evaluasi.

Menetapkan kembali informasi baru yang diberikan kepada klien untuk mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan, tujuan, atau intervensi keperawatan.

Menentukan target dari suatu hasil yang ingin dicapai adalah keputusan bersama antara perawat dank lien (Yura & Walsh, 1988)

Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien itu sendiri. Proses evaluasi memerlukan beberapa keterampilan dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan., termasuk pengetahuan mengenai standar asuhan keperawatan, respon klien yang normal terhadap tindakan keperawatan, dan pengetahuan konsep teladan dari keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Chase, S. (1994). Clinical Judgement by critical care nurse: An ethnographic study. In R. M. Carroll-Johnson 7 Pacquette (Eds), Classification of nursing diagnosis: Proceedingof the ninth conference, North American Nursing Diagnosis Association (pp. 367-368). Philadelphia: J.B. Lippincott.

Lunney; M. (1992). Divergent productie thinking factors and accuracy of nursing diagnoses. Research in Nursing and Health, 15(4), 303-312.

Sumber Artikel dari. http://akperppnisolojateng.blogspot.com/2008/12/proses-keperawatan_09.html#ixzz1lzMfiyJM
Silahkan kunjungi kami

PROSES ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS



©      PERKESMAS---mrp gab ilmu kepwt, ilmu kes masy dan ilmu sosial(WHO, 1959)
©      PROSES KEPERAWATAN--- serangkaian perbuatan / tindakan utk menetapkan, merencnakan & melaksanakan  pelayanan keperawatan--- dlm rangka membantu klien dlm mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin.
©       PROSES KEP KOM---mencakup individu, keluarga dan kelompok khusus yg emmerlukan pelayanan askep.
©      TUJUAN & FX PROSES KEPWT
o       Agar diperoleh hasil askep kom yang  bermutu, efektif dan efisien—sesuai kebuth masy
o       Meningkatkan satus esh masy.
©      Fungsi
  1. Memberikan pedoman & bimbingan yg sistematis dan ilmiah---dlm memecahkan masalah klien melalui askep kom.
  2. Masy medptkan yan yg optimal—sesuai kebutuhannya
  3. Askep dgn pendekatan pemecahan mas, komunikasi yg efektif, melibatkan PSM
  4. Masy bebas mengemukaan pendapat sesuai permasalahannya—penanganan b& pelayanan yg cepat dan tepat

©      LANGKAH – LANGKAH PROSES KEPERAWATAN
1.      MNT PERKESMAS DEPKES RI
PROSPER dibagi dlm empat tahap yaitu;(1)Indentifikasi, (2) Pengumpulan Data, (3) Rencana dan kegiatan, serta (4) Penilaian
2.      MNT FREEMAN dibagi dlm enam tahap yakni;(1)membina hub saling percaya dgn klien, (2) Pengkajian, (3) Penentuan Tujuan bersama klg dan orang terdekat klien, (4) merencanakan tindakan bersama klein, (5) melasanaan kegiatan sesuai rencana, dan (6) hasil evaluasi.
3.      MNT BAILON terbagi mjd empat tahap yaitu;(1)Pengkajian, (2) Perencanan, (3) Implementasi, dan (4) Evaluasi
4.      Secara umum ada lima tahap yakni ;(1)Pengkajian,(2) Diagnosa keprwt, (3) Perencanaan,(4)Pelaksanaan, dan (5) Evaluasi

1.      TAHAP PENGKAJIAN
Adl upaya pengumpulan data scr lengkap yg menyangkut permasalahan Masy.
Ada lima kegaiatan pada tahap ini yakni ;1. Pengumpulan data, 2. Pengolahan data, 3. Analisis data, 4. Perumusan masalah/ penentuan masalah kesh masy, dan    5. Prioritas masalah.
4)      PENGUMPULAN DATA
              Kegiatan pengkajian yg dilakukan dlm pengumpulan data meliputi :
a.      Data Inti
1).Riwayat atau sejarah perkembangan Komunitas
2).Data Demografi
3) Vital Statistik
4) Status Kesehatan Komunitas
      
b.      Data Lingkungan Fisik
1). Pemukiman---luas, bentuk, jenis, atap, dinding, lantai, ventilasi, cahaya.
2). Sanitasi---MCK, Air bersih, Pembuangan Limbah, Polusi, dll
3). Fasilitas---sarana prasarana umum
4). Batas-batas Wilayah
5).Kondisi geografis

   c.  Pelayanan Kesehatan dan Sosial 
 1). Pelayanan Kesehatan;lokasi,SDM,Jumlah Kunjungan, Sistem rujukan.
 2). Fasilitas Sosial (Pasar,Toko,Swalayan)—Lokasi, kecukupan

              d..Ekonomi---Jenis Pekerjaan, penghasilan, pengeluaran, Jumlah pekerja 
                       dibawah umur, dewasa, lansia

e.       Keamanan dan Transfortasi
f.        Politik dan pemerintahan
g.       Sistem komunikasi
h.       Pendidikan
i.         Rekreasi


2.      PENGOLAHAN DATA
              Cara pengolahan data, adalah :
a.       Klasifikasikan data atau Kategorisasi data
b.      Perhitungan prosentase cakupan dengan menggunakan Telly
c.       Tabulasi data
d.      Interprestasi data

3.      ANALISA DATA
Tujuan analisis data adalah :
a.       Menetapkan kebutuhan masyarakat
b.      Menentapkan kekuatan
c.       Mengidentifikasi pola respon masyarakat
d.      Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan
4.      PENENTUAN MASALAH ATAU PERUMUSAN MASALAH
  Untuk memberikan tindakan yg sesuai dgn kebutuhan

5.      PRIORITAS MASALAH

   Kriteria dlm prioritas masalah :
1.      Perhatian masy. Thd masalah
2.      Prevalensi kejadian
3.      Berat ringannya masalah
4.      Kemungkinan masalah untuk diatasi
5.      Tersedianya Sumber daya masy.
6.      Aspek Politis.

Selain kriteria diatas dpt menggunakan hirarki maslow yaitu :
1.      Keadaan yang mengancam jiwa
2.      Keadaan yang mengacam kesehatan
3.      Persepsi ttg kesehatan dan keperawatan

FORMAT PRIORITAS / PENAPISAN DLM KEP KOMUNITAS
  1. Format A Mnt Mueke 
DX Kepwt. Kom
KRITERIA PENAPISAN






TERSEDIA SUMBER

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
1. Dx no 1
4
5
4
3
4
4
3
3
4
4
5
4
47
2. DX no 2
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
4
5
58
3. DX no 3
3
4
4
4
4
5
4
3
3
2
1
1
37
Keterangan :
  1. Sesuai dgn peran perawat kom.
  2. Jumlah yg beresiko
  3. Besarnya resiko
  4. Kemungkinan utk pen kes
  5. Minat masyarakat
  6. Kemungkinan utk diatasi
  7. Sesuai program pemerintah
  8. Sumber daya tempat
  9. Sumber daya waktu
  10. Sumber daya dana
  11. Sumber daya peralatan
  12. Sumber daya manusia
  13. Jumlah score
Score : 0 – 5
0 : Paling rendah
5 : Paling tinggi


2.          TAHAP DIAGNOSIS KEPERAWATAN

DX Kepr adlrespon individu thd masalah kesehatan baik yang aktual mapun yg potensial/ resiko.
 Dx keperawatan mengandung komponen utama yaitu :
©      Problem / masalah    : adl kesenjangan atau penyimpangan dr keadaan normal.
©      Etiologi / penyebab   : adl penyebab yg dpt memberikan arah terhadap intervensi keperawatan, yg meliputi ;
o       Perilaku ind. Klg, klp, dan masy.
o       Lingkungan ;fisik,biologis,psikologis dan sosial
o       Interaksi perilaku dan lingkungan
o       Informasi yg perlu utk merumuskan DX
o       Serangkain petunjuk tibulnya masalah.
©      Sign atau  symtom/ tanda atau gejala ; adl tanda tanda atau gejala yg dirasakan berkaitan dengan masalah dan penyebab masalah yang dirasakannya.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN KOMUNITAS MNT LOGAN & DAWKINS, 1986
FORMAT MELIPUTI :
Diagnosis Resiko    : ---------( Masalah )
Diantara             : --------(Komunity/ daerah yg terkena )
Sehubungan dengan  :--(Karakter masy dan lingkungannya )
Yang dimanifestasikan oleh : --( Indikator kesehatan / analisa dat )

CONTOH : DX Keperawatn Komunitas
Resiko timbulnya penyakit Diare Di RW 01 Kelurahan Mojosongo sehubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan yang dimanifestasikan dengan :
1. Letak kandang didalam rumah 1.51%
2. Sistem pembuangan air limbah sembarangan 5.71%
3. Dan seterusnya...
Keterangan
Diagnosis Resiko          : Resiko timbulnya penyakit Diare
Diantara                       : Di RW 01 Kelurahan Mojosongo
Sehubungan dengan    : Kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara  lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan Yang dimanifestasikan oleh :
1. Letak kandang didalam rumah 1.51%
2. Sistem pembuangan air limbah sembarangan 5.71%
3. Dan seterusnya...

3.          TAHAP PERENCANAAN KEPERAWATAN
Adl penyususnan rencana tindakan kepewt.yg aan dilaksanakan utk mengatasi masalahsesuai Dx dgn tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.
Rencana keperawatan mencakup : 1. Perumusan tujuan; 2. Rencana tindakan kepr;dan 3.Kriteria hasil

1.      Perumusan Tujuan
Kriteria perumusan tujuan a.l :
©      Berfokus pada masy.
©      Jelas dan singkat
©      Dapat diukur dan diobservasi
©      Realistik
©      Ada target waktu
©      Melibatkan peran serta masy.
Selain itu dalam perumusan tujuan :
©          Dibuat berdasarkan goal
©          Perilaku yg diharapkan berubah
©          Specific, dpt diukur, dpt dicapai, relevan, waktu tertentu, berkelanjutan.

Dalam pencapaian tujuan menggunakan formulasi kriteria yg mencakup :
T = S + P + K.1 + K.2
T : Tujuan          P          : Predikat
S : Subyek         K.1       : Kondisi            
K.2    : Kriteria

Contoh : Mahasiswa PSIK USS  melaksanakan Praktek Klinik Keperawatan Komunitas di desa Andong, Boyolali membuat MCK melalui swadaya masyarakat secara gotong royong dalam jangka waktu  1.5 Bulan.
Subyek         : Mahasiswa PSIK USS 
Predikat        : Membuat MCK
Kondisi         : Swadaya masyarakat secara gotong royong
Kriteria         : Waktu  1.5 Bulan.

3.      Rencana Tindakan Keperawatan.
Langkah langkah dlm perencanaan tindakan :
a.       Identifikasi dlm perencanaan tindakan kepert.
b.      Tetapkan tehnik dan prosedur yg akan digunakan
c.       Melibatkan PSM
d.      Pertimbangkan SDM dan Fasilitas yg ada
e.       Dpt memenuhi kebutuhan masy
f.        Mengarah pd tujuan yg akan dicapai
g.       Harus realistik
h.       Disusun scr berurutan.

4.Kriteria Hasil utk Penilaian Tujuan
1.  Menggunakan kata kerja yg tepat
2.  Dapat dimodifikasi
3.  Bersifat spesifik; siapa yg melakukan, apa yg dilakuan,dimana, kapan, bagaimana, frekuensinya berapa ?.
4. PELAKSANAAN ASKEP
    Adl mrp tahap realisasi dari rencana yg telah dususun.
    Prinisp umum yg digunakan dlm implementasi keperawatan komunitas adl :
  1. Inovatif
Perawat---- berwawasan luas dan mampu menyesuaikan diri dengan Iptek berdasar Imtaq
  1. Integrated--- mampu bekerjasama dengan tima kes lain, ind,klg,klp dan masy. Dgn berazaskan kemitraan
  2. Rasional---hrs menggunakan pengetahuan scr rasional
  3. Mampu dan madiri---mempunyai kemandirian dlm melaksanakan askep serta kompeten
  4. yakin dan percaya serta optimis dalam pelaksanaan askep.
 Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
  1. Keterpaduan antara biaya, tenaga waktu, lokasi, sarana dgn playanan kesh.
  2. Keterlibatan petugas kesehatan yg lain, kader, toma formal/ informal
  3. Setiap tindakan ada catatan / pendokumentasiaannya.
  4. Adaya penyelenggaan sistem rujukan.
5.      EVALUASI / PENILAIAN
Kegiatan yang dilakukan dalam evaluasi (Nasrul Effendy,1998)
       1.Membandingkan hasil tindakan dgn tujuan yg telah ditetapkan
2.      Menilai efektifitas proses perawatan mulai dr pengkajian s.d. pelaksanaan.
3.      Hasil penilaian keperawatan digunakan sbg bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi.

Hasil Evaluasi :
Ada tiga kemungkinan dlm hasil evaluasi :
2.             Tujuan tercapai
3.             Tujuan tercapai sebagian

Sumber Artikel dari. http://akperppnisolojateng.blogspot.com/2008/10/proses-asuhan-keperawatan-komunitas_14.html#ixzz1lzKisKsV
Silahkan kunjungi kami

ETIKA KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS

ETIKA KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS


DEFINISI
Etik = Ethics = Ethos = adat, kebiasaan, perilaku, karakter.Adl ilmu yg mempelajari ttg apa yg baik dan buruk scr moral.
Adl ilmu – kesusilaan – sepatutnya mns hidup – dlm masy – bdsr aturan / prinsip – tingkah laku yg benar.
Etika keperawatan : alat utk mengukur perilaku moral dlm kepwt. (berdsr kode etik yg berlaku)
Etika keperawatan kesehatan komunitas : adl pengambilan keputusan bdrskan moral,pengetahuan ttg hak kliendan tgg jwb profesi.

TUJUAN ETIKA PROFESI KEPERAWATAN
  1. Menciptakan kepercayaan klien pd perawat
  2. Menciptakan kepercayaan pada sesama perawat
  3. Menciptakan kepercayaan masy pd profesi perawat
Aliran yg Berhubungan Dengan Etika
  1. Aliran Diskriptif --- yg memberi gmbr dan penjelasan bgmn mns berperilaku dlm ling atau dlm masy utk satu 7an.
  2. Aliran Normatif ---- perilaku benar atau salah diukur dgn norma
  3. Aliran Pluralisme ---- Suatu tindakan etis diukur berdsr kekomplekkan situasi yg dihadapi.
KODE ETIK KEPERAWATAN, PRINSIP DAN FUNGSI KODE ETIK
KODE ETIK KEPERAWATAN
Kode Etik Keperawatan (KEK)---bagian ddr etika kesh, tlh disusun oleh DPP PPNI melalui Munas PPNI di Jkt pd tgl 29 November 1989.KEK tdr dr 4 bab 16 pasal.
Bab 1 : Tgg jwb perawat thd klien, tdr dr 4 pasal.
Bab 2 : Tgg jwb perawat thd tugas, tdr dr 5 pasal.
Bab 3 : Tgg jwb perawat thd sejawat, tdr dr 2 pasal.
Bab 4 : Tgg jwb perawat thd profesi, trd dr 4 pasal.
Bab 5 : Tgg jwb perawat thd Negara, tdr dr 2 pasal.
KEK mnt American Nurse Association ( ANA)
  1. Perawat melayani dengan penuh hormat thd klien
  2. Perawat melindungi hak dan privacy klien
  3. Perawatt melindungi publik/klien dr praktik yang ilegal
  4. Perawat memikul tgg jwb atas tindakan keperawatan scr individu
  5. Perawat memelihara kompentensi keperawatan
  6. Perawat melaksanakan pertimbangan menggunakan kompentensi dan kualifikasi individu dlm menjalankan tugas.
  7. Perawat turut serta beraktifitas dlm membantu pengembangan profesi.
  8. Perawat turut serta dlm meningkatkan standart keperawatan
  9. Membantu upaya profesi utk mnedukung Yankes yg berkualitas
  10. Turut serta melindungi publik dr informasi dan gambaran yg salah.
  11. Perawat bekerjasama dengan profesi kes lain dan publik dlm meningkatkan upaya memenuhi kes publik
KEK Mnt International Council Nurse ( ICN)
Adl Federasi perhimpunan Perawat nasional di seluruh dunia yg didirikan tgl 1 Juli 1899 olh Mrs. Bedford Fenwich di Hanover Square, London dan direvisi pd tahun 1973. Uraian KEK adal sbb:
  1. Tgg Jwb Utama Perawat, adalah :
    1. Meningkatkan kes
    2. Mencegah timbulnya penyakit
    3. Memelihara Kes, dan
    4. Mengurangi penderitaan
  2. Perawat individu dan anggota kelompok masyarakat, tgg jwb perawat adl melaksanakan askep sesuai kebutuhan masy.
  3. Perawat dan pelaksanaan praktik keperawatan, brtgg jwb thd standart praktik keperawatan
  4. Perawat dan Lingkungan masyarakat, perawat memprakarsai pembaharuan
  5. Perawat dan sejawat
  6. Perawat dan profesi keperawatan
Prinsip Dasar Kode etik Adl menghargai hak dan martabat manusia.
Dlm menghadapi mas bersifat etis / moral. Perawat hrs bertanya pd diri sendiri.
Bagaimana pengaruh tindakan saya thd klien ,thd tim kerja, diri sendiri dan profesi .
Fungsi Kode Etik ; mnt Kozier & Erb, 1990 antara lain :
1. Etik berhub. Dgn standart profesi utk melindungi perawat dan klien
2. Kode Etik sbg alat penyusun Standart Praktik Profesional
3. Mrp Pedoman dlm melaksanakan tindakan & hrs diterima sbg nilai pribadi bagi anggota
4. memberi kerangka pikir pd anggota profesi utk membuat keputusan.
Mnt Hypocrates, Kode etik berfungsi :
1. Menghindari ketengangan antara manusia
2. Memperbaiki status kepribadian
3. Menopang pertumbuhan dan perkembangan pribadi
PRINSIP DASAR DAN ETIKA DLM KESH. KOMUNITAS
  1. PRINSIP DASAR DLM KEP KES KOMUNITAS
a. Klg adl unit utama dlm yankesmas
b. 4 tingkat sasaran yankesmas: individu, klg, klp khusus dan masy.
c. Perawat bekerja atas PSM dlm menyelesaikan mas kesh
d. Menekankan upaya promotif & preventif tanpa lupa kuratif & rehabilitatif
e. Dasar yankes Problem Solving Approach
f. Kegiatan utama : masy baik yg sehat maupun yg sakit
g. Tujuan : meningkatkan fungsi kehidupan—derajat kes yg optimal
h. Penekanan : pembinaan perilaku sehat
i. Bekerja secara team bukan individu
j. Peningkatan kesehatan
k. Home visit ---membantu mengatasi mas klien
l. Penkes mrp kegiatan utama
m.Pelaksanaan kesmas mengacu pd sistem yankes yg ada
n. Pelaksanaan Askep kom dilakukan di Puskesmas, panti, sekolah & klg
  1. PRINSIP ETIKA DLM KEP KES KOM
    1. Prinsip Kebaikan ----mempertimbangkan bahaya dan keuntungan
    2. Prinsip Autonomi---- Individu bebas menentukan tindakan atau keputusannya.
    3. Prinsip kejujuran / Veracity –mrp dasar terbinanya trust.

Sumber Artikel dari. http://akperppnisolojateng.blogspot.com/2008/10/etika-keperawatan-kesehatan-komunitas_19.html#ixzz1lzKHVZY3
Silahkan kunjungi kami

ASKEP DIABETES MELITUS

ASKEP DIABETES MELLITUS

 
A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
B. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
  1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
  2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
  3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
  4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
C. Etiologi
  1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
  1. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
D. Patofisiologi/Pathways
E. Tanda dan Gejala
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.
F. Pemeriksaan Penunjang
  1. Glukosa darah sewaktu
  2. Kadar glukosa darah puasa
  3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM
Belum pasti DM
DM
Kadar glukosa darah sewaktu
-         Plasma vena
-         Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa
-         Plasma vena
-         Darah kapiler


< 100
<80


<110
<90


100-200
80-200


110-120
90-110


>200
>200


>126
>110
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
G. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
H. Pengkajian
§ Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
§ Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
§ Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
§ Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
§ Integritas Ego
Stress, ansietas
§ Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
§ Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
§ Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
§ Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
§ Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
§ Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
I. Masalah Keperawatan
  1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
  2. Kekurangan volume cairan
  3. Gangguan integritas kulit
  4. Resiko terjadi injury
J. Intervensi
  1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
§ Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
§ Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
§ Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
§ Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
§ Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
§ Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
§ Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
§ Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
§ Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
§ Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
§ Kolaborasi dengan ahli diet.
  1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
§ Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
§ Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
§ Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
§ Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
§ Pantau masukan dan pengeluaran
§ Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung
§ Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
§ Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur
§ Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
  1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
§ Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.
§ Kaji tanda vital
§ Kaji adanya nyeri
§ Lakukan perawatan luka
§ Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
§ Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
  1. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
Tujuan : pasien tidak mengalami injury
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury
Intervensi :
§ Hindarkan lantai yang licin.
§ Gunakan bed yang rendah.
§ Orientasikan klien dengan ruangan.
§ Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
§ Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi

DAFTAR PUSTAKA
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002

Sumber Artikel dari. http://akperppnisolojateng.blogspot.com/2008/12/askep-diabetes-mellitus_30.html#ixzz1lzJdzOsd
Silahkan kunjungi kami